-->
Tampilkan postingan dengan label PPLP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PPLP. Tampilkan semua postingan
Kiat “Putus Dengan Nyamuk”, Bisakah?
Lihat Detail

Kiat “Putus Dengan Nyamuk”, Bisakah?

SAAT ini, penyakit tular vektor (vector borne diseases) seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, cikungunya, filariasis (kaki gajah), Japanese bencephalitis, dan pes masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia (baca: Jawa Barat). Padahal, ini baru satu contoh kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

===={{{{{{{{{

Kondisi tersebut tentu ada sebabnya. Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadinya perubahan iklim global saat ini berpengaruh terhadap perubahan risiko penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit, terutama nyamuk. Lebih-lebih penularan demam berdarah dan malaria sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Sejarah Nyamuk

Nyamuk (DipteraCulicidae) dipastikan lebih dulu ada di permukaan planet bumi daripada manusia. Menurut catatan Sugeng Juwono Mardihusodo (2003), dari Sub-Bagian Entomologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta disebutkan bahwa secara hipotetis, serangga yang tak bersayap telah ada dan berevolusi sejak era Paleozoikum, periode Silurian, antara 425 dan 405 juta tahun sebelum masehi (SM). Berdasarkan informasi dari Romoser WS (1981), serangga Endopterygota yang mengalami metamorfosis lengkap (halometabola) secara hipotetis telah ada dan berevolusi pada periode karboniferosa, antara 345 juta dan 280 juta SM, yang fosilnya tertua berumur antara 280 juta dan 230 juta tahun SM.

Jadi, memanglah benar kalau ada orang yang mengatakan nyamuk itu ternyata cukup tua umurnya di muka bumi. Fosil tertua nyamuk ditemukan di Pulau Isles, kepulauan Inggris, berumur sekira 35 juta tahun (Horsfall WR; 1972). Sekarang bandingkan dengan fosil tertua manusia (Homo sapiens) yang pernah ditemukan orang yang hanya berumur sekira 1,5 juta tahun. Artinya, jelas sekali kalau nyamuk itu lebih dahulu ada di bumi daripada manusia.

Fenomena ini, tentu ada keterkaitan antara tipe bagian mulut nyamuk dengan sumber bahan pakannya. Pada awalnya, sumber pakan darah untuk nyamuk adalah berbagai jenis binatang. Namun, belakangan dengan kehadiran manusia yang semakin meningkat populasinya dan mobilitasnya pada berbagai habitat, spesies-spesies nyamuk pun ada yang berasosiasi dengan manusia dalam bermacam tingkat kedekatannya pada ekosistem yang sama. Makanya, tidak aneh kalau saat ini sejumlah spesies nyamuk itu ada yang menjadi sangat antropofilik (baca: menjadikan manusia di dekat habitatnya menjadi sumber pakan darah utama).

Lebih jauh, kondisi adanya manusia yang berasosiasi secara tidak sengaja dengan nyamuk yang telah berubah perilakunya itu, kehidupan nyamuk menjadi terganggu. Hal ini berdampak pada frekuensi gigitan nyamuk yang juga mengisap darah manusia semakin tinggi, baik malam dan atau siang hari sejalan dengan peningkatan populasi nyamuk itu sendiri yang juga meningkat.

Jadi, keberadaan sifat antropofilik nyamuk (terutama Culicinae dan Anophelinae) itulah yang menimbulkan permasalahan kesehatan sejak awal kehidupan manusia di berbagai zona geografis, khususnya di daerah tropis dan sub tropis. Untuk itulah, setiap kita harus mampu untuk menyiasati nyamuk agar tidak kontak dengan manusia. Lantas, bagaimana seharusnya cara kita menyiasati nyamuk tersebut untuk tidak kontak dengan manusia?

Permasalahan kesehatan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas nyamuk itu sangat beragam. Ada nyamuk yang terbang berputar-putar dekat telinga, tentu hal ini sangat mengganggu dan menimbulkan kebisingan. Suara berdengung nyamuk sangat mengganggu ketenangan istirahat. Lalu, gigitan nyamuk menimbulkan rasa sakit, nyeri, dan mungkin mengakibatkan reaksi alergi kulit dengan peradangan (dermatitis alergik) yang serius pada yang hipersensitif. Di sini, peristiwa yang membahayakan dalam kacamata kesehatan lingkungan adalah nyamuk vektor penyakit yang menginokulasikan berbagai jenis patogen (menyebabkan terjadinya penyakit) yang berbahaya, seperti parasit malaria (plasmodium), virus (dengue, yellow fever, Japanese encephalitis), dan cacing filaria (Wuchereria, Brugia).

Banyak Cara

Secara umum, sebenarnya ada dua alasan untuk pengendalian nyamuk vektor maupun nonvektor penyakit, yaitu dengan cara menghindari gangguan akibat gigitannya dan mencegah penularan penyakit bersumber nyamuk (PBN). Dalam hal ini, masyarakat pasti mengakui bahwa nyamuk merupakan serangga pengganggu. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari seberapa besar spesies-spesies nyamuk tertentu di sekitarnya yang menimbulkan risiko penularan penyakit yang berbahaya bagi dirinya. Padahal, kenyataan menunjukkan kalau gangguan kesehatan akibat PBN muncul akibat manusia kontak dengan nyamuk vektor yang infeksiosa, maka putus kontak dengan nyamuk adalah kunci pengendalian PBN. Mungkinkah?
Sejarah memperlihatkan, upaya manusia untuk tidak digigit nyamuk dan tidak ditulari PBN telah lama dilakukan. Misalnya, orang mulai menggunakan pakaian dan selimut yang rapat, menggunakan kelambu, membakar sesuatu di malam hari dekat tempat tidurnya, menggunakan bahan cairan yang digosokkan ke tubuh atau pakaiannya untuk tidak dihinggapi dan digigit nyamuk sepanjang waktu (terutama malam hari). Pokoknya, secara sederhana, upaya manusia untuk tidak kontak dengan nyamuk, mungkin telah ribuan tahun yang lalu. Awalnya mereka bertujuan hanya agar tidak terganggu karena gigitannya, bukan sebagai pencegahan agar tidak tertulari patogen yang dibawa nyamuk.

Upaya-upaya untuk putus kontak dengan nyamuk pada awal peradaban manusia sangat sederhana, mungkin hanya secara fisik dan mekanis. Tapi, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seputar ilmu pernyamukan (culicidology) dan aplikasinya, saat ini dikenal berbagai teknik dan cara untuk putus kontak dengan nyamuk. Walau demikian, para pakar masih mencari berbagai cara inovatif, yang tetap memenuhi kriteria rational, effective, efficience, sustainable, acceptable(REESA) untuk berbagai keperluan dan situasi di lapangan. Secara singkat berbagai cara itu dikenal dengan: cara mekanis, cara kimia, cara fisik-termis, dan cara biologis.

Penyiasatan

Menyiasati secara mekanis yaitu berupa pembuatan barrier (penghalang) kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini meliputi pemasangan korden pintu dan jendela, kasa penutup lubang-lubang angin di dinding rumah, pemasangan dan pemakaian kelambu tempat tidur, pemakaian mosquito-head nets, berselimut rapat waktu tidur, dan lainnya.

Secara kimia, usaha ini tidak lain berusaha menyiasati agar manusia tidak kontak dengan nyamuk atau sebaliknya dapat digunakan bahan repelen (penolak nyamuk). Seperti kita tahu, nyamuk tertarik kepada manusia untuk mendekat, kemudian hinggap (landing) dan akhirnya mengigit dan mengisap darahnya. Dalam hal ini, ada sejumlah faktor yang menjadi daya tarik nyamuk terhadap hewan dan manusia. Hal itu meliputi faktor fisik dan kimia, antara lain gas karbondioksida dari ekspirasi pernapasan, emanasi panas badan, bahan kimia dalam keringat dan permukaan badan. Selain itu, bisa juga berupa warna tertentu dan tekstur dari pakaian yang dikenakan, dan bahkan bau sabun, parfum, lation, sampo, dan bahan lainnya.

Dalam konteks ini, kelihatannya nyamuk-nyamuk betina tidak menggunakan indera penglihatan atau rabaan dalam aktivitasnya menemukan sumber darahnya. Nyamuk itu tetap terus aktif mencoba menemukan sumber darahnya sewaktu ada gas karbondioksida (CO2) yang semakin meningkat di udara sekitarnya. Mula-mula, arah terbang nyamuk bersifat acak. Ketika ada pancaran udara hangat dan lengus udara lembab dari suatu sumber darah manusia atau hewan ternak, nyamuk akan menunggu beberapa saat. Baru setelah itu, nyamuk memutuskan untuk terbang secara terarah, melacak sumber karbondioksida, udara hangat dan lembap yang menjadi atraktan nyamuk, yang sampai akhirnya ditemukan sasaran terbangnya.

Pakai ”Repelen

Untuk mengatasi tabiat seperti itu, kita biasanya menggunakan bahan repelen, yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal bahan atraktan asal hewan atau manusia. Dengan kata lain, bahan itu berkhasiat mencegah insekta yang menggigit itu untuk hinggap. Arti lainnya, repelen nyamuk bukanlah bahan yang menolak nyamuk karena bahan itu berbau atau terasa tidak enak bagi nyamuk. Tetapi, karena bahan itu menginduksi proses yang secara halus memblokir fungsi sensori pada nyamuk sasaran. Walau demikian, jika digunakan dengan benar, repelen nyamuk bermanfaat untuk memberikan perlindungan pada individu pemakainya dari gigitan nyamuk selama jangka waktu tertentu.

Selanjutnya, adalah menyiasati secara fisik. Dengan berbasis pengetahuan fisika yang diaplikasikan pada makhluk hidup, telah lama dikembangkan berbagai peralatan sebagai upaya menyiasati nyamuk untuk tidak kontak dengan manusia. Salah satunya adalah berupa alat electronicpest repellers, yaitu alat elektronik yang mengeluarkan suara ultrasonik yang berfrekuensi tinggi dan memiliki daya usir atau menolak kedatangan nyamuk atau bahkan serangga lainnya.

Adapun menyangkut cara biologis, tidak lain bertujuan untuk mencegah dan menghindari kejadian kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini juga telah lama dipraktikkan orang, yaitu dengan cara memodifikasi kondisi lingkungan hidup di sekitarnya agar tidak kondusif untuk terjadinya kontak nyamuk-manusia.

Akhirnya, dalam menyiasati untuk tidak kontak dengan dan gigitan nyamuk sebelum digunakan berbagai usaha seperti di atas, berikut ini ada kiat yang dapat kita lakukan, yaitu: tetaplah Anda tinggal di dalam rumah selama waktu jam sibuk dari nyamuk. Biasanya nyamuk banyak aktif menggigit di luar rumah pada waktu magrib dan subuh. Bila terpaksa ke luar rumah, gunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Dan jagalah kebersihan sanitasi lingkungan di sekitar rumah, jangan biarkan ada genangan air yang mungkin menjadi tempat berkembangbiak nyamuk.***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
SAAT ini, penyakit tular vektor (vector borne diseases) seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, cikungunya, filariasis (kaki gajah), Japanese bencephalitis, dan pes masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia (baca: Jawa Barat). Padahal, ini baru satu contoh kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

===={{{{{{{{{

Kondisi tersebut tentu ada sebabnya. Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadinya perubahan iklim global saat ini berpengaruh terhadap perubahan risiko penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit, terutama nyamuk. Lebih-lebih penularan demam berdarah dan malaria sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Sejarah Nyamuk

Nyamuk (DipteraCulicidae) dipastikan lebih dulu ada di permukaan planet bumi daripada manusia. Menurut catatan Sugeng Juwono Mardihusodo (2003), dari Sub-Bagian Entomologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta disebutkan bahwa secara hipotetis, serangga yang tak bersayap telah ada dan berevolusi sejak era Paleozoikum, periode Silurian, antara 425 dan 405 juta tahun sebelum masehi (SM). Berdasarkan informasi dari Romoser WS (1981), serangga Endopterygota yang mengalami metamorfosis lengkap (halometabola) secara hipotetis telah ada dan berevolusi pada periode karboniferosa, antara 345 juta dan 280 juta SM, yang fosilnya tertua berumur antara 280 juta dan 230 juta tahun SM.

Jadi, memanglah benar kalau ada orang yang mengatakan nyamuk itu ternyata cukup tua umurnya di muka bumi. Fosil tertua nyamuk ditemukan di Pulau Isles, kepulauan Inggris, berumur sekira 35 juta tahun (Horsfall WR; 1972). Sekarang bandingkan dengan fosil tertua manusia (Homo sapiens) yang pernah ditemukan orang yang hanya berumur sekira 1,5 juta tahun. Artinya, jelas sekali kalau nyamuk itu lebih dahulu ada di bumi daripada manusia.

Fenomena ini, tentu ada keterkaitan antara tipe bagian mulut nyamuk dengan sumber bahan pakannya. Pada awalnya, sumber pakan darah untuk nyamuk adalah berbagai jenis binatang. Namun, belakangan dengan kehadiran manusia yang semakin meningkat populasinya dan mobilitasnya pada berbagai habitat, spesies-spesies nyamuk pun ada yang berasosiasi dengan manusia dalam bermacam tingkat kedekatannya pada ekosistem yang sama. Makanya, tidak aneh kalau saat ini sejumlah spesies nyamuk itu ada yang menjadi sangat antropofilik (baca: menjadikan manusia di dekat habitatnya menjadi sumber pakan darah utama).

Lebih jauh, kondisi adanya manusia yang berasosiasi secara tidak sengaja dengan nyamuk yang telah berubah perilakunya itu, kehidupan nyamuk menjadi terganggu. Hal ini berdampak pada frekuensi gigitan nyamuk yang juga mengisap darah manusia semakin tinggi, baik malam dan atau siang hari sejalan dengan peningkatan populasi nyamuk itu sendiri yang juga meningkat.

Jadi, keberadaan sifat antropofilik nyamuk (terutama Culicinae dan Anophelinae) itulah yang menimbulkan permasalahan kesehatan sejak awal kehidupan manusia di berbagai zona geografis, khususnya di daerah tropis dan sub tropis. Untuk itulah, setiap kita harus mampu untuk menyiasati nyamuk agar tidak kontak dengan manusia. Lantas, bagaimana seharusnya cara kita menyiasati nyamuk tersebut untuk tidak kontak dengan manusia?

Permasalahan kesehatan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas nyamuk itu sangat beragam. Ada nyamuk yang terbang berputar-putar dekat telinga, tentu hal ini sangat mengganggu dan menimbulkan kebisingan. Suara berdengung nyamuk sangat mengganggu ketenangan istirahat. Lalu, gigitan nyamuk menimbulkan rasa sakit, nyeri, dan mungkin mengakibatkan reaksi alergi kulit dengan peradangan (dermatitis alergik) yang serius pada yang hipersensitif. Di sini, peristiwa yang membahayakan dalam kacamata kesehatan lingkungan adalah nyamuk vektor penyakit yang menginokulasikan berbagai jenis patogen (menyebabkan terjadinya penyakit) yang berbahaya, seperti parasit malaria (plasmodium), virus (dengue, yellow fever, Japanese encephalitis), dan cacing filaria (Wuchereria, Brugia).

Banyak Cara

Secara umum, sebenarnya ada dua alasan untuk pengendalian nyamuk vektor maupun nonvektor penyakit, yaitu dengan cara menghindari gangguan akibat gigitannya dan mencegah penularan penyakit bersumber nyamuk (PBN). Dalam hal ini, masyarakat pasti mengakui bahwa nyamuk merupakan serangga pengganggu. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari seberapa besar spesies-spesies nyamuk tertentu di sekitarnya yang menimbulkan risiko penularan penyakit yang berbahaya bagi dirinya. Padahal, kenyataan menunjukkan kalau gangguan kesehatan akibat PBN muncul akibat manusia kontak dengan nyamuk vektor yang infeksiosa, maka putus kontak dengan nyamuk adalah kunci pengendalian PBN. Mungkinkah?
Sejarah memperlihatkan, upaya manusia untuk tidak digigit nyamuk dan tidak ditulari PBN telah lama dilakukan. Misalnya, orang mulai menggunakan pakaian dan selimut yang rapat, menggunakan kelambu, membakar sesuatu di malam hari dekat tempat tidurnya, menggunakan bahan cairan yang digosokkan ke tubuh atau pakaiannya untuk tidak dihinggapi dan digigit nyamuk sepanjang waktu (terutama malam hari). Pokoknya, secara sederhana, upaya manusia untuk tidak kontak dengan nyamuk, mungkin telah ribuan tahun yang lalu. Awalnya mereka bertujuan hanya agar tidak terganggu karena gigitannya, bukan sebagai pencegahan agar tidak tertulari patogen yang dibawa nyamuk.

Upaya-upaya untuk putus kontak dengan nyamuk pada awal peradaban manusia sangat sederhana, mungkin hanya secara fisik dan mekanis. Tapi, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seputar ilmu pernyamukan (culicidology) dan aplikasinya, saat ini dikenal berbagai teknik dan cara untuk putus kontak dengan nyamuk. Walau demikian, para pakar masih mencari berbagai cara inovatif, yang tetap memenuhi kriteria rational, effective, efficience, sustainable, acceptable(REESA) untuk berbagai keperluan dan situasi di lapangan. Secara singkat berbagai cara itu dikenal dengan: cara mekanis, cara kimia, cara fisik-termis, dan cara biologis.

Penyiasatan

Menyiasati secara mekanis yaitu berupa pembuatan barrier (penghalang) kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini meliputi pemasangan korden pintu dan jendela, kasa penutup lubang-lubang angin di dinding rumah, pemasangan dan pemakaian kelambu tempat tidur, pemakaian mosquito-head nets, berselimut rapat waktu tidur, dan lainnya.

Secara kimia, usaha ini tidak lain berusaha menyiasati agar manusia tidak kontak dengan nyamuk atau sebaliknya dapat digunakan bahan repelen (penolak nyamuk). Seperti kita tahu, nyamuk tertarik kepada manusia untuk mendekat, kemudian hinggap (landing) dan akhirnya mengigit dan mengisap darahnya. Dalam hal ini, ada sejumlah faktor yang menjadi daya tarik nyamuk terhadap hewan dan manusia. Hal itu meliputi faktor fisik dan kimia, antara lain gas karbondioksida dari ekspirasi pernapasan, emanasi panas badan, bahan kimia dalam keringat dan permukaan badan. Selain itu, bisa juga berupa warna tertentu dan tekstur dari pakaian yang dikenakan, dan bahkan bau sabun, parfum, lation, sampo, dan bahan lainnya.

Dalam konteks ini, kelihatannya nyamuk-nyamuk betina tidak menggunakan indera penglihatan atau rabaan dalam aktivitasnya menemukan sumber darahnya. Nyamuk itu tetap terus aktif mencoba menemukan sumber darahnya sewaktu ada gas karbondioksida (CO2) yang semakin meningkat di udara sekitarnya. Mula-mula, arah terbang nyamuk bersifat acak. Ketika ada pancaran udara hangat dan lengus udara lembab dari suatu sumber darah manusia atau hewan ternak, nyamuk akan menunggu beberapa saat. Baru setelah itu, nyamuk memutuskan untuk terbang secara terarah, melacak sumber karbondioksida, udara hangat dan lembap yang menjadi atraktan nyamuk, yang sampai akhirnya ditemukan sasaran terbangnya.

Pakai ”Repelen

Untuk mengatasi tabiat seperti itu, kita biasanya menggunakan bahan repelen, yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal bahan atraktan asal hewan atau manusia. Dengan kata lain, bahan itu berkhasiat mencegah insekta yang menggigit itu untuk hinggap. Arti lainnya, repelen nyamuk bukanlah bahan yang menolak nyamuk karena bahan itu berbau atau terasa tidak enak bagi nyamuk. Tetapi, karena bahan itu menginduksi proses yang secara halus memblokir fungsi sensori pada nyamuk sasaran. Walau demikian, jika digunakan dengan benar, repelen nyamuk bermanfaat untuk memberikan perlindungan pada individu pemakainya dari gigitan nyamuk selama jangka waktu tertentu.

Selanjutnya, adalah menyiasati secara fisik. Dengan berbasis pengetahuan fisika yang diaplikasikan pada makhluk hidup, telah lama dikembangkan berbagai peralatan sebagai upaya menyiasati nyamuk untuk tidak kontak dengan manusia. Salah satunya adalah berupa alat electronicpest repellers, yaitu alat elektronik yang mengeluarkan suara ultrasonik yang berfrekuensi tinggi dan memiliki daya usir atau menolak kedatangan nyamuk atau bahkan serangga lainnya.

Adapun menyangkut cara biologis, tidak lain bertujuan untuk mencegah dan menghindari kejadian kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini juga telah lama dipraktikkan orang, yaitu dengan cara memodifikasi kondisi lingkungan hidup di sekitarnya agar tidak kondusif untuk terjadinya kontak nyamuk-manusia.

Akhirnya, dalam menyiasati untuk tidak kontak dengan dan gigitan nyamuk sebelum digunakan berbagai usaha seperti di atas, berikut ini ada kiat yang dapat kita lakukan, yaitu: tetaplah Anda tinggal di dalam rumah selama waktu jam sibuk dari nyamuk. Biasanya nyamuk banyak aktif menggigit di luar rumah pada waktu magrib dan subuh. Bila terpaksa ke luar rumah, gunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Dan jagalah kebersihan sanitasi lingkungan di sekitar rumah, jangan biarkan ada genangan air yang mungkin menjadi tempat berkembangbiak nyamuk.***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah
Lihat Detail

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah

RUMAH diakui banyak pihak sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Keberadaannya, selain sebagai tempat berlindung dan membina keluarga, rumah juga dapat dijadikan indikator untuk menilai kesejahteraan suatu masyarakat. Namun, syaratnya, rumah itu harus sehat dan layak huni.
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

======

Untuk menilai kesehatan rumah, kita harus melihatnya dari dua pengertian dasar, yaitu rumah dan sehat. Menurut Soeharmadi, rumah adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan, matahari, dll), serta merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun definsi sehat, menurut WHO, diartikan sebagai keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan.

Berdasarkan pengertian itu, berarti rumah sehat merupakan tempat berlindung, bernaung dan beristirahat, sehingga memungkinkan seseorang untuk menumbuhkan kehidupan yang sempurna, baik fisik, rohani maupun sosial. Jadi, dari pengertian ini, dapat kita lihat bahwa sesungguhnya syarat rumah sehat itu tidak hanya bangunanya harus memenuhi syarat kesehatan. 

Namun, perlu diperhatikan pula berkait dengan unsur kesegaran dan kenyamanan rumah berikut lingkungan sekitarnya. Sehingga pantas saja, kalau Winslow dan Apha menyebutkan rumah yang sehat itu harus memenuhi kebutuhan physiologis dan psychologi, mencegah penularan penyakit, serta mencegah terjadinya kecelakaan.

Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan seperti itu, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.

Pengaturan Asap Dapur


Tiap rumah dapat dipastikan memiliki dapur. Kondisi asap dapur dari rumah yang pembuangan asapnya tidak benar, tentu akan berakibat mengganggu pernafasan dan mungkin dapat merusak alat-alat pernafasan. Selain itu, dapat membuat lingkungan rumah menjadi kotor dan mengakibatkan mata menjadi perih.


Cara mengatasi keadaan itu, buatlah jalan keluar asap pada bagian atas dapur (sumber asap), aturlah sistem penghawaan yang baik di dapur yaitu melalui pengaturan luas ventilasi dapur sebesar 5 % dari luas lantainya.

Perhatikan Kondisi Suhu dan Kelembaban

Kondisi suhu di dalam ruangan sebaiknya yang optimal. Menurut Mc Nall, temperatur yang optimal di dalam rumah adalah 73-88 0 F (23-25 0 C). Bila kondisi suhu tidak optimal, misalnya terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya saat bekerja dan tidak cocoknya untuk istirahat. Sebaliknya, bila kondisinya terlalu dingin akan tidak menyenangkan dan pada orang tertentu dapat menimbulkan alergi.

Untuk mengatasi suhu yang tidak optimal, langkahnya dengan mempergunakan atap dan flapon yang dapat menahan panas matahari, dinding tidak lembab, pertukaran udara baik, dan menanam pohon pelindung untuk mengurangi sengatan sinar matahari.

Sementara itu, kelembaban pada lantai dan dinding perlu mendapat perhatian khusus dari setiap penghuni rumah. Sebab, keadaan kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lantai dan diding basah. Keadaan ini dapat mengganggu kesehatan bagi penghuninya, misalnya bisa menyebabkan terjadinya penyakit ISPA, asma, bronhitis, dan menyebabkan daya tahan tubuh secara umum menurun. Di samping kondisi ini akan membuat jamur/lumut mudah tumbuh dan dampaknya cepat atau lambat akan merusak bangunan rumah.

Untuk mengatasi kelembaban, maka perhatikan kondisi drainase/saluran air di sekeliling rumah, lantai harus kedap air, sambungan pondasi dengan dinding harus kedap air, atap tidak bocor dan tersedia ventilasi yang cukup.

Atur Ventilasi atau Pertukaran Udara

Pengadaan ventilasi dan jendela yang memenuhi syarat kesehatan (baca: 5 % dari luas lantai), pada dasarnya merupakan usaha untuk memelihara kondisi oksigen yang menyehatkan dan menyenangkan bagi penghuni rumah. Bila kebutuhan itu tak terpenuhi, tentu dapat mengganggu pernafasan dan mempermudah penularan penyakit pernafasan seperti flu, TBC, dll.

Cara mengatasinya, yaitu dengan membuat jendela dan ventilasi yang cukup. Dan untuk memperlancar sirkulasi udara, maka kondisi jendela harus selalu dibuka pada siang hari.
Penerangan atau Pencahayaan

Penerangan pada siang hari di dalam rumah dapat diperoleh dari sinar matahari. Untuk penerangan malam hari digunakan pencahayaan buatan, misalnya dengan menggunakan pencahayaan bersumber dari listrik yang mampu menghasilkan penerangan yang cukup. Sebab, bila penerangan di dalam rumah ini tidak mencukupi maka dapat menimbulkan kelelahan mata, kecelakaan dan menurunkan produktivitas kerja di dalam rumah.

Untuk memperoleh penerangan yang baik, selain memanfaatkan penerangan matahari sebanyak mungkin untuk menerangi ruangan rumah pada siang hari melalui jendela, lubang ventilasi, pintu atau atap rumah (genteng kaca), juga gunakan pewarnaan warna-warna muda (cerah) untuk lantai, dinding, maupun langit-langit rumah dan gunakanlah listrik yang cukup dan tidak menyilaukan pada malam harinya.

Menghindari Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan oleh telinga kita. Apabila kebisingan terjadi di dalam rumah, maka akan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran (bila terjadi terus menerus), dapat mengakibatkan ekses-ekses menurunnya daya tahan tubuh dan mental serta dapat mengurangi kenyamanan.

Cara mengatasinya yaitu dengan mendirikan bangunan jauh dari sumber bising, membuat dinding pemisah dan berlapis atau menggunakan bahan bangunan yang kedap suara, serta menanam pohon pelindung di sekitar rumah.

Kepenuh Sesakan (Over Crowding)

Kepenuh sesakan di dalam rumah dapat terjadi karena jumlah penghuni rumah melebihi kapasitas. Ini tentu akan mengurangi kenyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di samping juga memungkinkan cepat terjadinya penularan penyakit saluran pernafasan yang ditularkan oleh virus dan akibat kontak perorangan, serta bisa berakibat menurunnya produktivitas kerja di dalam rumah akibat terjadinya ganguan psikologis.

Usaha untuk mengatasinya adalah dengan membuat kondisi yang seimbang antara jumlah penghuni rumah dengan jumlah dan luas kamar. Adapun persyaratan minimal adalah 8 meter untuk tiap-tiap orang. Selain itu, perlu ada pengaturan terhadap penempatan perabotan rumah tangga yang baik (baca: tidak terlalu penuh-sesak).

Anti Serangga dan Tikus

Gangguan yang ditimbulkan oleh serangga dan tikus adalah dapat menularkan penyakit seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, penyakit perut dan dapat mengganggu kenyamanan beristirahat serta dapat mengotori makanan dan minuman di dalam rumah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi serangga ini ialah biasakan memelihara kebersihan lingkungan, melakukan pencegahan dengan memasang kawat kasa pada pintu, jendela dan lubang-lubang yang memungkinkan serangga masuk ke dalam rumah. Selain itu, hilangkan tempat-tempat yang memungkinkan menjadi tempat bersarangnya serangga yang ada di dalam dan sekitar rumah, seperti genangan air, kaleng bekas, membersihkan tempat penampungan air, gantungan pakaian di tempat tidur, dll.

Sementara itu, untuk mengatasi tikus maka perlu diperhatikan terhadap kontruksi rumah. Di rumah hendaknya tidak boleh ada sudut mati untuk tempat tikus beristirahat, bersarang dan bersembunyi. Usahakan agar tanaman tidak mengenai atap rumah, dan lubang selokan diberi saringan penutup.

Akhirnya, dengan memperhatikan aspek-aspek teknis penyehatan rumah di atas, maka kita dapat menciptakan kondisi rumah yang aman dan menyehatkan. Dampaknya, secara otomatis setiap penghuni terpenuhi kebutuhan akan kenyamanan dan kesehatan rumahnya.***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.
Kriteria Rumah Sehat
Lihat Detail

Kriteria Rumah Sehat

“Rumah adalah suatu tempat untuk berindung dari pengaruh bahaya alam dan beristirahat bagi manusia setelah seharian bekerja melakukan berbagai aktifitas (bertani, ke kantor, belajar, bermain, dll) dengan dilengkapi berbagai fasilitas sanitasi dasar sebagai pendukungnya.” [Arda Dinata].
======

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

=========

Jadi, apa pun bentuknya, suatu tempat yang dapat berfungsi melindungi dan menjadi tempat istirahat dapat dikatakan sebagai rumah. Inilah pengertian minimal dari rumah. Namun, dalam tataran bidang kesehatan, pengertian rumah harus disandingkan dengan makna sehat. Tepatnya, rumah yang kita diami haruslah memiliki criteria rumah sehat.


Ada banyak kriteria untuk menggambarkan suatu rumah itu dikatakan sehat. Paling tidak, ada dua golongan besar yang dapat menjadi rujukan kita dalam menilai rumah sehat.

Pertama, rumah sehat versi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Berikut ini Beberapa kriteria yang WHO rekomendasikan:
1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat.
2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi.
3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.
5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
6. Member rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Kedua, kriteria rumah sehat dari kaca mata Winslow, diantaranya :
1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.
2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis
3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan.
4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Akhirnya, berdasarkan kedua golongan kriteria tersebut, rumah dikatakan sehat maka harus memperhatikan syarat-syarat itu. Dan rumah seperti itulah sesungguhnya yang layak kita jadikan tempat tanggal. Bagaimana keadaan rumah Anda, sudah sehatkah?

Catatan: ditunggu komentar, saran, dan masukannya ya….!!!
Arda Dinata adalah penulis lepas, dosen dan tutor di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.
Sanitasi Menyehatkan Rumah Sakit
Lihat Detail

Sanitasi Menyehatkan Rumah Sakit

ADA kejadian yang menimpa seorang pasein rawat nginap di Rumah Sakit (RS) yang bikin masyarakat awam terheran-heran, ia melihat bukannya penyakit yang diderita pasien tersebut sembuh tetapi sebaliknya justru penyakitnya bertambah parah setelah beberapa hari dirawat. Usut punya usut, ternyata si pasein tersebut mendapat infeksi nosokomial. Apa itu infeksi nosokomial?
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

=====

Secara umum infeksi nosokomial dapat didefinisikan sebagai infeksi yang didapatkan penderita selama perawatan di RS. Namun, penyakit tersebut belum ada atau tidak sedang dalam inkubasi pada saat penderita masuk RS, kecuali bila penyakit itu berhubungan dengan perawatan sebelumnya di RS.

Sementara itu, dalam buku “Komponen Sanitasi Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi” (1989: 21), infeksi nosokomial adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi silang (cross infection) maupun swa infeksi (self infection). Infeksi silang ini adalah timbulnya penyakit pada diri seseorang akibat adanya faktor lingkungan (interaksi antara faktor host, agent, environment). Sedangkan swa infeksi berarti timbulnya penyakit atau makin parahnya kondisi penyakit seseorang (carier) karena faktor lingkungan.

Secara demikian, apa yang harus dilakukan untuk menjaga fungsi dan kedudukan RS sebagai institusi atau tempat pelayanan kesehatan terhadap individu pasein, keluarganya, dan masyarakat dengan inti pelayanan medik, baik preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif yang diproses secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan yang paripurna?
Manajemen Sanitasi RS

Keberadaan RS dilihat dari aspek kesehatan lingkungan, pada dasarnya terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Dalam kesehariannya lingkungan biotik dan abiotik ini akan melakukan interaksi, baik langsung maupun tidak langsung. Atas dasar itu, di lingkungan RS dimungkinkan terjadinya kontak antara tiga komponen (pasien, petugas, dan masyarakat) dalam lingkungan RS dan benda-benda/alat-alat yang dipergunakan untuk proses penyembuhan, perawatan dan pemulihan penderita.

Hubungan tersebut bersifat kontak terus menerus yang memungkinkan terjadinya infeksi silang pasien yang menderita penyakit tertentu kepada petugas RS dan pengunjung RS yang sehat. Akan tetapi mungkin juga berfungsi sebagai carier kepada pasein, petugas dan pengunjung. Kondisi kontak yang tinggi dari penderita dengan petugas RS maupun pengunjung itu, tidak menutup kemungkinan sejumlah bibit penyakit dapat berpindah (baca: menular) kepada orang yang sehat dan mungkin dapat juga mengakibatkan penularan yang meluas.

Atas dasar itu, maka untuk mendapatkan keadaan sanitasi yang baik perlu ada manajemen sistem pengaturan sanitasi itu sendiri. Manajemen sanitasi rumah sakit merupakan tindakan pengelolaan dalam upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologis di RS yang mungkin menimbulkan/dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan jasmani, rohani, maupun sosial bagi petugas, penderita, pengunjung maupun masyarakat sekitar RS.

Dengan kata lain, manajemen pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan RS yang nyaman dan bersih sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, disamping mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi nosokomial kepada sesama pasein dan orang sehat baik petugas RS maupun pengunjung.

Secara demikian, penerapan manajemen sanitasi rumah sakit dapat dikatakan sebagai kunci awal untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Pencegahan infeksi nosokomial, sebagian besar dilakukan melalui asuhan keperawatan yang berfokus pada aspek pencegahan. Aspek pencegahan itu, tidak lain adalah penerapan usaha sanitasi rumah sakit itu sendiri. Hal ini, tentunya cukup beralasan apabila para perawat harus memahami pentingnya usaha sanitasi rumah sakit dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial, sebab para perawat inilah yang paling lama kontak dengan penderita, yaitu terjdi 24 jam sehari.

Rumah sakit sebagai unsur pelayanan kepada masyarakat, tentunya dalam penerapan sanitasi rumah sakit ini akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis dan teknis keperawatan penderita. Sebagai konsekuensi logis dari kedudukan ini, maka sanitasi rumah sakit juga merupakan integrasi dari administrasi/ manajemen kesehatan lingkungan, rekayasa sosial (social engineering), epidemiologi, dan pendidikan kesehatan lingkungan bagi masyarakat. Pendek kata, penyelenggaraan sanitasi rumah sakit merupakan bagian integral dari program rumah sakit secara keseluruhan, penetapan sebagai bagian program berdasarkan pada perundangan yang berlaku di dalam rumah sakit.

Sanitasi rumah sakit juga harus merupakan satu kesatuan dan keterpaduan dari: pengetahuan dan teknologi rekayasa (engineering); pengetahuan dan teknologi kimia, pengetahuan bakteriologi dan mikrobiologi; pengetahuan dan teknologi perawatan mekanis; pengetahuan dan kemampuan khusus pengelolaan administratif maupun teknis (managerial skill) di bidang kesehatan lingkungan.

Menyehatkan RS

Berkait dengan prinsip-prinsip sanitasi rumah sakit yang diterapkan dalam rangkaian usaha pencegahan dan pengurangan infeksi nosokomial (baca: infeksi silang dan swa infeksi) atau tepatnya usaha menyehatkan RS, dapat melalui beberapa usaha.

Pertama, penanganan kebersihan kerumahtanggaan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih dari investasi mikroorganisme, yang bebas dari jasad renik. Kedua, tersedia dan terlaksananya penanganan, pengumpulan limbah atau sampah yang memadai. Ketiga, tersedianya air bersih yang bebas dari kuman penyakit. Keempat, ventilasi udara yang baik, yang dapat memberikan udara bersih dan segar. 

Kelima, teknik-teknik aseptic (pembebas kuman/ hama) bagi semua petugas rumah sakit. Keenam, tempat tidur dan perlengkapannya bersih dan bebas dari kuman. Ketujuh, makanan dan minuman yang sehat, bebas dari bahan pencemaran. Kedelapan, pencahayaan (termasuk alami dan buatan) yang cukup. Kesembilan, bebas dari serangga dan rodent penular penyakit.

Jadi, kemungkinan terjadinya penularan penyakit akibat infeksi nosokomial di RS adalah disebabkan karena pengaruh lingkungan RS yang kurang baik. Oleh karena itu, sebagai solusi untuk mencegah dan menyehatkan rumah sakit, usaha sanitasi RS merupakan usaha yang tepat. ***

Arda Dinata,
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.
Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.
ADA kejadian yang menimpa seorang pasein rawat nginap di Rumah Sakit (RS) yang bikin masyarakat awam terheran-heran, ia melihat bukannya penyakit yang diderita pasien tersebut sembuh tetapi sebaliknya justru penyakitnya bertambah parah setelah beberapa hari dirawat. Usut punya usut, ternyata si pasein tersebut mendapat infeksi nosokomial. Apa itu infeksi nosokomial?
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

=====

Secara umum infeksi nosokomial dapat didefinisikan sebagai infeksi yang didapatkan penderita selama perawatan di RS. Namun, penyakit tersebut belum ada atau tidak sedang dalam inkubasi pada saat penderita masuk RS, kecuali bila penyakit itu berhubungan dengan perawatan sebelumnya di RS.

Sementara itu, dalam buku “Komponen Sanitasi Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi” (1989: 21), infeksi nosokomial adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi silang (cross infection) maupun swa infeksi (self infection). Infeksi silang ini adalah timbulnya penyakit pada diri seseorang akibat adanya faktor lingkungan (interaksi antara faktor host, agent, environment). Sedangkan swa infeksi berarti timbulnya penyakit atau makin parahnya kondisi penyakit seseorang (carier) karena faktor lingkungan.

Secara demikian, apa yang harus dilakukan untuk menjaga fungsi dan kedudukan RS sebagai institusi atau tempat pelayanan kesehatan terhadap individu pasein, keluarganya, dan masyarakat dengan inti pelayanan medik, baik preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif yang diproses secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan yang paripurna?
Manajemen Sanitasi RS

Keberadaan RS dilihat dari aspek kesehatan lingkungan, pada dasarnya terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Dalam kesehariannya lingkungan biotik dan abiotik ini akan melakukan interaksi, baik langsung maupun tidak langsung. Atas dasar itu, di lingkungan RS dimungkinkan terjadinya kontak antara tiga komponen (pasien, petugas, dan masyarakat) dalam lingkungan RS dan benda-benda/alat-alat yang dipergunakan untuk proses penyembuhan, perawatan dan pemulihan penderita.

Hubungan tersebut bersifat kontak terus menerus yang memungkinkan terjadinya infeksi silang pasien yang menderita penyakit tertentu kepada petugas RS dan pengunjung RS yang sehat. Akan tetapi mungkin juga berfungsi sebagai carier kepada pasein, petugas dan pengunjung. Kondisi kontak yang tinggi dari penderita dengan petugas RS maupun pengunjung itu, tidak menutup kemungkinan sejumlah bibit penyakit dapat berpindah (baca: menular) kepada orang yang sehat dan mungkin dapat juga mengakibatkan penularan yang meluas.

Atas dasar itu, maka untuk mendapatkan keadaan sanitasi yang baik perlu ada manajemen sistem pengaturan sanitasi itu sendiri. Manajemen sanitasi rumah sakit merupakan tindakan pengelolaan dalam upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologis di RS yang mungkin menimbulkan/dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan jasmani, rohani, maupun sosial bagi petugas, penderita, pengunjung maupun masyarakat sekitar RS.

Dengan kata lain, manajemen pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan RS yang nyaman dan bersih sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, disamping mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi nosokomial kepada sesama pasein dan orang sehat baik petugas RS maupun pengunjung.

Secara demikian, penerapan manajemen sanitasi rumah sakit dapat dikatakan sebagai kunci awal untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Pencegahan infeksi nosokomial, sebagian besar dilakukan melalui asuhan keperawatan yang berfokus pada aspek pencegahan. Aspek pencegahan itu, tidak lain adalah penerapan usaha sanitasi rumah sakit itu sendiri. Hal ini, tentunya cukup beralasan apabila para perawat harus memahami pentingnya usaha sanitasi rumah sakit dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial, sebab para perawat inilah yang paling lama kontak dengan penderita, yaitu terjdi 24 jam sehari.

Rumah sakit sebagai unsur pelayanan kepada masyarakat, tentunya dalam penerapan sanitasi rumah sakit ini akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis dan teknis keperawatan penderita. Sebagai konsekuensi logis dari kedudukan ini, maka sanitasi rumah sakit juga merupakan integrasi dari administrasi/ manajemen kesehatan lingkungan, rekayasa sosial (social engineering), epidemiologi, dan pendidikan kesehatan lingkungan bagi masyarakat. Pendek kata, penyelenggaraan sanitasi rumah sakit merupakan bagian integral dari program rumah sakit secara keseluruhan, penetapan sebagai bagian program berdasarkan pada perundangan yang berlaku di dalam rumah sakit.

Sanitasi rumah sakit juga harus merupakan satu kesatuan dan keterpaduan dari: pengetahuan dan teknologi rekayasa (engineering); pengetahuan dan teknologi kimia, pengetahuan bakteriologi dan mikrobiologi; pengetahuan dan teknologi perawatan mekanis; pengetahuan dan kemampuan khusus pengelolaan administratif maupun teknis (managerial skill) di bidang kesehatan lingkungan.

Menyehatkan RS

Berkait dengan prinsip-prinsip sanitasi rumah sakit yang diterapkan dalam rangkaian usaha pencegahan dan pengurangan infeksi nosokomial (baca: infeksi silang dan swa infeksi) atau tepatnya usaha menyehatkan RS, dapat melalui beberapa usaha.

Pertama, penanganan kebersihan kerumahtanggaan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih dari investasi mikroorganisme, yang bebas dari jasad renik. Kedua, tersedia dan terlaksananya penanganan, pengumpulan limbah atau sampah yang memadai. Ketiga, tersedianya air bersih yang bebas dari kuman penyakit. Keempat, ventilasi udara yang baik, yang dapat memberikan udara bersih dan segar. 

Kelima, teknik-teknik aseptic (pembebas kuman/ hama) bagi semua petugas rumah sakit. Keenam, tempat tidur dan perlengkapannya bersih dan bebas dari kuman. Ketujuh, makanan dan minuman yang sehat, bebas dari bahan pencemaran. Kedelapan, pencahayaan (termasuk alami dan buatan) yang cukup. Kesembilan, bebas dari serangga dan rodent penular penyakit.

Jadi, kemungkinan terjadinya penularan penyakit akibat infeksi nosokomial di RS adalah disebabkan karena pengaruh lingkungan RS yang kurang baik. Oleh karena itu, sebagai solusi untuk mencegah dan menyehatkan rumah sakit, usaha sanitasi RS merupakan usaha yang tepat. ***

Arda Dinata,
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.
Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.

Postingan Populer

 

Klik Menu Profesi Sanitarian:
  

  

  

  

 

WWW.ARDADINATA.COM