-->
Tampilkan postingan dengan label PVBP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PVBP. Tampilkan semua postingan
MANUSIA DAN LINGKUNGAN: Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan
Lihat Detail

MANUSIA DAN LINGKUNGAN: Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan


  
  

Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan. Atas dasar pemikiran tersebut, buku ini hadir memberi sumbangsih pola pikir dalam mengatasi kesehatan lingkungan yang semakin kompleks. Buku yang Anda pegang dan baca ini diberi judul: "Manusia dan Lingkungan: Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan." Buku yang membahas masalah dan solusi kesehatan lingkungan.

Inilah buku bunga rampai yang ditulis oleh para pendidik, peneliti, teknisi, praktisi, dan mahasiswa yang menekuni terkait bidang kesehatan lingkungan. Gaya bahasa tulisan dalam tiap bagiannya dikemas secara populer, sehingga tulisannya enak dibaca dan mengalir saat menikmati isinya.

Buku ini sangat cocok bagi para mahasiswa maupun praktisi yang bekerja di bidang kesehatan lingkungan dan lingkungan hidup. Selamat membaca isi buku ini selengkapnya terkait:
1. Potret masalah kesehatan lingkungan
2. Mitigasi hidrologi upaya atasi banjir bandang
3. Leptospirosis, perubahan iklim, dan tantangan pembangunan berkelanjutan
4. Potret kebijakan pengendalian leptospirosis di Indonesia
5. Mengenal konsep ideal pengelolaan sampah
6. Potret Black Soldier Fly (BSF) dalam menyelamatkan lingkungan
7. Memelihara koloni Aedes aegypti sebagai nyamuk uji
8. Apakah para Dewa masih menaungi dataran Dieng?
9. Memahami manusia dan lingkungan.


Untuk Pemesanan
Hub: 081284826829


Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata



  
  

Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan. Atas dasar pemikiran tersebut, buku ini hadir memberi sumbangsih pola pikir dalam mengatasi kesehatan lingkungan yang semakin kompleks. Buku yang Anda pegang dan baca ini diberi judul: "Manusia dan Lingkungan: Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan." Buku yang membahas masalah dan solusi kesehatan lingkungan.

Inilah buku bunga rampai yang ditulis oleh para pendidik, peneliti, teknisi, praktisi, dan mahasiswa yang menekuni terkait bidang kesehatan lingkungan. Gaya bahasa tulisan dalam tiap bagiannya dikemas secara populer, sehingga tulisannya enak dibaca dan mengalir saat menikmati isinya.

Buku ini sangat cocok bagi para mahasiswa maupun praktisi yang bekerja di bidang kesehatan lingkungan dan lingkungan hidup. Selamat membaca isi buku ini selengkapnya terkait:
1. Potret masalah kesehatan lingkungan
2. Mitigasi hidrologi upaya atasi banjir bandang
3. Leptospirosis, perubahan iklim, dan tantangan pembangunan berkelanjutan
4. Potret kebijakan pengendalian leptospirosis di Indonesia
5. Mengenal konsep ideal pengelolaan sampah
6. Potret Black Soldier Fly (BSF) dalam menyelamatkan lingkungan
7. Memelihara koloni Aedes aegypti sebagai nyamuk uji
8. Apakah para Dewa masih menaungi dataran Dieng?
9. Memahami manusia dan lingkungan.


Untuk Pemesanan
Hub: 081284826829


Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata



  
  

Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan. Atas dasar pemikiran tersebut, buku ini hadir memberi sumbangsih pola pikir dalam mengatasi kesehatan lingkungan yang semakin kompleks. Buku yang Anda pegang dan baca ini diberi judul: "Manusia dan Lingkungan: Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan." Buku yang membahas masalah dan solusi kesehatan lingkungan.

Inilah buku bunga rampai yang ditulis oleh para pendidik, peneliti, teknisi, praktisi, dan mahasiswa yang menekuni terkait bidang kesehatan lingkungan. Gaya bahasa tulisan dalam tiap bagiannya dikemas secara populer, sehingga tulisannya enak dibaca dan mengalir saat menikmati isinya.

Buku ini sangat cocok bagi para mahasiswa maupun praktisi yang bekerja di bidang kesehatan lingkungan dan lingkungan hidup. Selamat membaca isi buku ini selengkapnya terkait:
1. Potret masalah kesehatan lingkungan
2. Mitigasi hidrologi upaya atasi banjir bandang
3. Leptospirosis, perubahan iklim, dan tantangan pembangunan berkelanjutan
4. Potret kebijakan pengendalian leptospirosis di Indonesia
5. Mengenal konsep ideal pengelolaan sampah
6. Potret Black Soldier Fly (BSF) dalam menyelamatkan lingkungan
7. Memelihara koloni Aedes aegypti sebagai nyamuk uji
8. Apakah para Dewa masih menaungi dataran Dieng?
9. Memahami manusia dan lingkungan.


Untuk Pemesanan
Hub: 081284826829


Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata



  
  

Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan. Atas dasar pemikiran tersebut, buku ini hadir memberi sumbangsih pola pikir dalam mengatasi kesehatan lingkungan yang semakin kompleks. Buku yang Anda pegang dan baca ini diberi judul: "Manusia dan Lingkungan: Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan." Buku yang membahas masalah dan solusi kesehatan lingkungan.

Inilah buku bunga rampai yang ditulis oleh para pendidik, peneliti, teknisi, praktisi, dan mahasiswa yang menekuni terkait bidang kesehatan lingkungan. Gaya bahasa tulisan dalam tiap bagiannya dikemas secara populer, sehingga tulisannya enak dibaca dan mengalir saat menikmati isinya.

Buku ini sangat cocok bagi para mahasiswa maupun praktisi yang bekerja di bidang kesehatan lingkungan dan lingkungan hidup. Selamat membaca isi buku ini selengkapnya terkait:
1. Potret masalah kesehatan lingkungan
2. Mitigasi hidrologi upaya atasi banjir bandang
3. Leptospirosis, perubahan iklim, dan tantangan pembangunan berkelanjutan
4. Potret kebijakan pengendalian leptospirosis di Indonesia
5. Mengenal konsep ideal pengelolaan sampah
6. Potret Black Soldier Fly (BSF) dalam menyelamatkan lingkungan
7. Memelihara koloni Aedes aegypti sebagai nyamuk uji
8. Apakah para Dewa masih menaungi dataran Dieng?
9. Memahami manusia dan lingkungan.


Untuk Pemesanan
Hub: 081284826829


Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata


Kiat “Putus Dengan Nyamuk”, Bisakah?
Lihat Detail

Kiat “Putus Dengan Nyamuk”, Bisakah?

SAAT ini, penyakit tular vektor (vector borne diseases) seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, cikungunya, filariasis (kaki gajah), Japanese bencephalitis, dan pes masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia (baca: Jawa Barat). Padahal, ini baru satu contoh kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

===={{{{{{{{{

Kondisi tersebut tentu ada sebabnya. Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadinya perubahan iklim global saat ini berpengaruh terhadap perubahan risiko penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit, terutama nyamuk. Lebih-lebih penularan demam berdarah dan malaria sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Sejarah Nyamuk

Nyamuk (DipteraCulicidae) dipastikan lebih dulu ada di permukaan planet bumi daripada manusia. Menurut catatan Sugeng Juwono Mardihusodo (2003), dari Sub-Bagian Entomologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta disebutkan bahwa secara hipotetis, serangga yang tak bersayap telah ada dan berevolusi sejak era Paleozoikum, periode Silurian, antara 425 dan 405 juta tahun sebelum masehi (SM). Berdasarkan informasi dari Romoser WS (1981), serangga Endopterygota yang mengalami metamorfosis lengkap (halometabola) secara hipotetis telah ada dan berevolusi pada periode karboniferosa, antara 345 juta dan 280 juta SM, yang fosilnya tertua berumur antara 280 juta dan 230 juta tahun SM.

Jadi, memanglah benar kalau ada orang yang mengatakan nyamuk itu ternyata cukup tua umurnya di muka bumi. Fosil tertua nyamuk ditemukan di Pulau Isles, kepulauan Inggris, berumur sekira 35 juta tahun (Horsfall WR; 1972). Sekarang bandingkan dengan fosil tertua manusia (Homo sapiens) yang pernah ditemukan orang yang hanya berumur sekira 1,5 juta tahun. Artinya, jelas sekali kalau nyamuk itu lebih dahulu ada di bumi daripada manusia.

Fenomena ini, tentu ada keterkaitan antara tipe bagian mulut nyamuk dengan sumber bahan pakannya. Pada awalnya, sumber pakan darah untuk nyamuk adalah berbagai jenis binatang. Namun, belakangan dengan kehadiran manusia yang semakin meningkat populasinya dan mobilitasnya pada berbagai habitat, spesies-spesies nyamuk pun ada yang berasosiasi dengan manusia dalam bermacam tingkat kedekatannya pada ekosistem yang sama. Makanya, tidak aneh kalau saat ini sejumlah spesies nyamuk itu ada yang menjadi sangat antropofilik (baca: menjadikan manusia di dekat habitatnya menjadi sumber pakan darah utama).

Lebih jauh, kondisi adanya manusia yang berasosiasi secara tidak sengaja dengan nyamuk yang telah berubah perilakunya itu, kehidupan nyamuk menjadi terganggu. Hal ini berdampak pada frekuensi gigitan nyamuk yang juga mengisap darah manusia semakin tinggi, baik malam dan atau siang hari sejalan dengan peningkatan populasi nyamuk itu sendiri yang juga meningkat.

Jadi, keberadaan sifat antropofilik nyamuk (terutama Culicinae dan Anophelinae) itulah yang menimbulkan permasalahan kesehatan sejak awal kehidupan manusia di berbagai zona geografis, khususnya di daerah tropis dan sub tropis. Untuk itulah, setiap kita harus mampu untuk menyiasati nyamuk agar tidak kontak dengan manusia. Lantas, bagaimana seharusnya cara kita menyiasati nyamuk tersebut untuk tidak kontak dengan manusia?

Permasalahan kesehatan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas nyamuk itu sangat beragam. Ada nyamuk yang terbang berputar-putar dekat telinga, tentu hal ini sangat mengganggu dan menimbulkan kebisingan. Suara berdengung nyamuk sangat mengganggu ketenangan istirahat. Lalu, gigitan nyamuk menimbulkan rasa sakit, nyeri, dan mungkin mengakibatkan reaksi alergi kulit dengan peradangan (dermatitis alergik) yang serius pada yang hipersensitif. Di sini, peristiwa yang membahayakan dalam kacamata kesehatan lingkungan adalah nyamuk vektor penyakit yang menginokulasikan berbagai jenis patogen (menyebabkan terjadinya penyakit) yang berbahaya, seperti parasit malaria (plasmodium), virus (dengue, yellow fever, Japanese encephalitis), dan cacing filaria (Wuchereria, Brugia).

Banyak Cara

Secara umum, sebenarnya ada dua alasan untuk pengendalian nyamuk vektor maupun nonvektor penyakit, yaitu dengan cara menghindari gangguan akibat gigitannya dan mencegah penularan penyakit bersumber nyamuk (PBN). Dalam hal ini, masyarakat pasti mengakui bahwa nyamuk merupakan serangga pengganggu. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari seberapa besar spesies-spesies nyamuk tertentu di sekitarnya yang menimbulkan risiko penularan penyakit yang berbahaya bagi dirinya. Padahal, kenyataan menunjukkan kalau gangguan kesehatan akibat PBN muncul akibat manusia kontak dengan nyamuk vektor yang infeksiosa, maka putus kontak dengan nyamuk adalah kunci pengendalian PBN. Mungkinkah?
Sejarah memperlihatkan, upaya manusia untuk tidak digigit nyamuk dan tidak ditulari PBN telah lama dilakukan. Misalnya, orang mulai menggunakan pakaian dan selimut yang rapat, menggunakan kelambu, membakar sesuatu di malam hari dekat tempat tidurnya, menggunakan bahan cairan yang digosokkan ke tubuh atau pakaiannya untuk tidak dihinggapi dan digigit nyamuk sepanjang waktu (terutama malam hari). Pokoknya, secara sederhana, upaya manusia untuk tidak kontak dengan nyamuk, mungkin telah ribuan tahun yang lalu. Awalnya mereka bertujuan hanya agar tidak terganggu karena gigitannya, bukan sebagai pencegahan agar tidak tertulari patogen yang dibawa nyamuk.

Upaya-upaya untuk putus kontak dengan nyamuk pada awal peradaban manusia sangat sederhana, mungkin hanya secara fisik dan mekanis. Tapi, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seputar ilmu pernyamukan (culicidology) dan aplikasinya, saat ini dikenal berbagai teknik dan cara untuk putus kontak dengan nyamuk. Walau demikian, para pakar masih mencari berbagai cara inovatif, yang tetap memenuhi kriteria rational, effective, efficience, sustainable, acceptable(REESA) untuk berbagai keperluan dan situasi di lapangan. Secara singkat berbagai cara itu dikenal dengan: cara mekanis, cara kimia, cara fisik-termis, dan cara biologis.

Penyiasatan

Menyiasati secara mekanis yaitu berupa pembuatan barrier (penghalang) kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini meliputi pemasangan korden pintu dan jendela, kasa penutup lubang-lubang angin di dinding rumah, pemasangan dan pemakaian kelambu tempat tidur, pemakaian mosquito-head nets, berselimut rapat waktu tidur, dan lainnya.

Secara kimia, usaha ini tidak lain berusaha menyiasati agar manusia tidak kontak dengan nyamuk atau sebaliknya dapat digunakan bahan repelen (penolak nyamuk). Seperti kita tahu, nyamuk tertarik kepada manusia untuk mendekat, kemudian hinggap (landing) dan akhirnya mengigit dan mengisap darahnya. Dalam hal ini, ada sejumlah faktor yang menjadi daya tarik nyamuk terhadap hewan dan manusia. Hal itu meliputi faktor fisik dan kimia, antara lain gas karbondioksida dari ekspirasi pernapasan, emanasi panas badan, bahan kimia dalam keringat dan permukaan badan. Selain itu, bisa juga berupa warna tertentu dan tekstur dari pakaian yang dikenakan, dan bahkan bau sabun, parfum, lation, sampo, dan bahan lainnya.

Dalam konteks ini, kelihatannya nyamuk-nyamuk betina tidak menggunakan indera penglihatan atau rabaan dalam aktivitasnya menemukan sumber darahnya. Nyamuk itu tetap terus aktif mencoba menemukan sumber darahnya sewaktu ada gas karbondioksida (CO2) yang semakin meningkat di udara sekitarnya. Mula-mula, arah terbang nyamuk bersifat acak. Ketika ada pancaran udara hangat dan lengus udara lembab dari suatu sumber darah manusia atau hewan ternak, nyamuk akan menunggu beberapa saat. Baru setelah itu, nyamuk memutuskan untuk terbang secara terarah, melacak sumber karbondioksida, udara hangat dan lembap yang menjadi atraktan nyamuk, yang sampai akhirnya ditemukan sasaran terbangnya.

Pakai ”Repelen

Untuk mengatasi tabiat seperti itu, kita biasanya menggunakan bahan repelen, yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal bahan atraktan asal hewan atau manusia. Dengan kata lain, bahan itu berkhasiat mencegah insekta yang menggigit itu untuk hinggap. Arti lainnya, repelen nyamuk bukanlah bahan yang menolak nyamuk karena bahan itu berbau atau terasa tidak enak bagi nyamuk. Tetapi, karena bahan itu menginduksi proses yang secara halus memblokir fungsi sensori pada nyamuk sasaran. Walau demikian, jika digunakan dengan benar, repelen nyamuk bermanfaat untuk memberikan perlindungan pada individu pemakainya dari gigitan nyamuk selama jangka waktu tertentu.

Selanjutnya, adalah menyiasati secara fisik. Dengan berbasis pengetahuan fisika yang diaplikasikan pada makhluk hidup, telah lama dikembangkan berbagai peralatan sebagai upaya menyiasati nyamuk untuk tidak kontak dengan manusia. Salah satunya adalah berupa alat electronicpest repellers, yaitu alat elektronik yang mengeluarkan suara ultrasonik yang berfrekuensi tinggi dan memiliki daya usir atau menolak kedatangan nyamuk atau bahkan serangga lainnya.

Adapun menyangkut cara biologis, tidak lain bertujuan untuk mencegah dan menghindari kejadian kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini juga telah lama dipraktikkan orang, yaitu dengan cara memodifikasi kondisi lingkungan hidup di sekitarnya agar tidak kondusif untuk terjadinya kontak nyamuk-manusia.

Akhirnya, dalam menyiasati untuk tidak kontak dengan dan gigitan nyamuk sebelum digunakan berbagai usaha seperti di atas, berikut ini ada kiat yang dapat kita lakukan, yaitu: tetaplah Anda tinggal di dalam rumah selama waktu jam sibuk dari nyamuk. Biasanya nyamuk banyak aktif menggigit di luar rumah pada waktu magrib dan subuh. Bila terpaksa ke luar rumah, gunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Dan jagalah kebersihan sanitasi lingkungan di sekitar rumah, jangan biarkan ada genangan air yang mungkin menjadi tempat berkembangbiak nyamuk.***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
SAAT ini, penyakit tular vektor (vector borne diseases) seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, cikungunya, filariasis (kaki gajah), Japanese bencephalitis, dan pes masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia (baca: Jawa Barat). Padahal, ini baru satu contoh kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

===={{{{{{{{{

Kondisi tersebut tentu ada sebabnya. Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadinya perubahan iklim global saat ini berpengaruh terhadap perubahan risiko penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit, terutama nyamuk. Lebih-lebih penularan demam berdarah dan malaria sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Sejarah Nyamuk

Nyamuk (DipteraCulicidae) dipastikan lebih dulu ada di permukaan planet bumi daripada manusia. Menurut catatan Sugeng Juwono Mardihusodo (2003), dari Sub-Bagian Entomologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta disebutkan bahwa secara hipotetis, serangga yang tak bersayap telah ada dan berevolusi sejak era Paleozoikum, periode Silurian, antara 425 dan 405 juta tahun sebelum masehi (SM). Berdasarkan informasi dari Romoser WS (1981), serangga Endopterygota yang mengalami metamorfosis lengkap (halometabola) secara hipotetis telah ada dan berevolusi pada periode karboniferosa, antara 345 juta dan 280 juta SM, yang fosilnya tertua berumur antara 280 juta dan 230 juta tahun SM.

Jadi, memanglah benar kalau ada orang yang mengatakan nyamuk itu ternyata cukup tua umurnya di muka bumi. Fosil tertua nyamuk ditemukan di Pulau Isles, kepulauan Inggris, berumur sekira 35 juta tahun (Horsfall WR; 1972). Sekarang bandingkan dengan fosil tertua manusia (Homo sapiens) yang pernah ditemukan orang yang hanya berumur sekira 1,5 juta tahun. Artinya, jelas sekali kalau nyamuk itu lebih dahulu ada di bumi daripada manusia.

Fenomena ini, tentu ada keterkaitan antara tipe bagian mulut nyamuk dengan sumber bahan pakannya. Pada awalnya, sumber pakan darah untuk nyamuk adalah berbagai jenis binatang. Namun, belakangan dengan kehadiran manusia yang semakin meningkat populasinya dan mobilitasnya pada berbagai habitat, spesies-spesies nyamuk pun ada yang berasosiasi dengan manusia dalam bermacam tingkat kedekatannya pada ekosistem yang sama. Makanya, tidak aneh kalau saat ini sejumlah spesies nyamuk itu ada yang menjadi sangat antropofilik (baca: menjadikan manusia di dekat habitatnya menjadi sumber pakan darah utama).

Lebih jauh, kondisi adanya manusia yang berasosiasi secara tidak sengaja dengan nyamuk yang telah berubah perilakunya itu, kehidupan nyamuk menjadi terganggu. Hal ini berdampak pada frekuensi gigitan nyamuk yang juga mengisap darah manusia semakin tinggi, baik malam dan atau siang hari sejalan dengan peningkatan populasi nyamuk itu sendiri yang juga meningkat.

Jadi, keberadaan sifat antropofilik nyamuk (terutama Culicinae dan Anophelinae) itulah yang menimbulkan permasalahan kesehatan sejak awal kehidupan manusia di berbagai zona geografis, khususnya di daerah tropis dan sub tropis. Untuk itulah, setiap kita harus mampu untuk menyiasati nyamuk agar tidak kontak dengan manusia. Lantas, bagaimana seharusnya cara kita menyiasati nyamuk tersebut untuk tidak kontak dengan manusia?

Permasalahan kesehatan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas nyamuk itu sangat beragam. Ada nyamuk yang terbang berputar-putar dekat telinga, tentu hal ini sangat mengganggu dan menimbulkan kebisingan. Suara berdengung nyamuk sangat mengganggu ketenangan istirahat. Lalu, gigitan nyamuk menimbulkan rasa sakit, nyeri, dan mungkin mengakibatkan reaksi alergi kulit dengan peradangan (dermatitis alergik) yang serius pada yang hipersensitif. Di sini, peristiwa yang membahayakan dalam kacamata kesehatan lingkungan adalah nyamuk vektor penyakit yang menginokulasikan berbagai jenis patogen (menyebabkan terjadinya penyakit) yang berbahaya, seperti parasit malaria (plasmodium), virus (dengue, yellow fever, Japanese encephalitis), dan cacing filaria (Wuchereria, Brugia).

Banyak Cara

Secara umum, sebenarnya ada dua alasan untuk pengendalian nyamuk vektor maupun nonvektor penyakit, yaitu dengan cara menghindari gangguan akibat gigitannya dan mencegah penularan penyakit bersumber nyamuk (PBN). Dalam hal ini, masyarakat pasti mengakui bahwa nyamuk merupakan serangga pengganggu. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari seberapa besar spesies-spesies nyamuk tertentu di sekitarnya yang menimbulkan risiko penularan penyakit yang berbahaya bagi dirinya. Padahal, kenyataan menunjukkan kalau gangguan kesehatan akibat PBN muncul akibat manusia kontak dengan nyamuk vektor yang infeksiosa, maka putus kontak dengan nyamuk adalah kunci pengendalian PBN. Mungkinkah?
Sejarah memperlihatkan, upaya manusia untuk tidak digigit nyamuk dan tidak ditulari PBN telah lama dilakukan. Misalnya, orang mulai menggunakan pakaian dan selimut yang rapat, menggunakan kelambu, membakar sesuatu di malam hari dekat tempat tidurnya, menggunakan bahan cairan yang digosokkan ke tubuh atau pakaiannya untuk tidak dihinggapi dan digigit nyamuk sepanjang waktu (terutama malam hari). Pokoknya, secara sederhana, upaya manusia untuk tidak kontak dengan nyamuk, mungkin telah ribuan tahun yang lalu. Awalnya mereka bertujuan hanya agar tidak terganggu karena gigitannya, bukan sebagai pencegahan agar tidak tertulari patogen yang dibawa nyamuk.

Upaya-upaya untuk putus kontak dengan nyamuk pada awal peradaban manusia sangat sederhana, mungkin hanya secara fisik dan mekanis. Tapi, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seputar ilmu pernyamukan (culicidology) dan aplikasinya, saat ini dikenal berbagai teknik dan cara untuk putus kontak dengan nyamuk. Walau demikian, para pakar masih mencari berbagai cara inovatif, yang tetap memenuhi kriteria rational, effective, efficience, sustainable, acceptable(REESA) untuk berbagai keperluan dan situasi di lapangan. Secara singkat berbagai cara itu dikenal dengan: cara mekanis, cara kimia, cara fisik-termis, dan cara biologis.

Penyiasatan

Menyiasati secara mekanis yaitu berupa pembuatan barrier (penghalang) kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini meliputi pemasangan korden pintu dan jendela, kasa penutup lubang-lubang angin di dinding rumah, pemasangan dan pemakaian kelambu tempat tidur, pemakaian mosquito-head nets, berselimut rapat waktu tidur, dan lainnya.

Secara kimia, usaha ini tidak lain berusaha menyiasati agar manusia tidak kontak dengan nyamuk atau sebaliknya dapat digunakan bahan repelen (penolak nyamuk). Seperti kita tahu, nyamuk tertarik kepada manusia untuk mendekat, kemudian hinggap (landing) dan akhirnya mengigit dan mengisap darahnya. Dalam hal ini, ada sejumlah faktor yang menjadi daya tarik nyamuk terhadap hewan dan manusia. Hal itu meliputi faktor fisik dan kimia, antara lain gas karbondioksida dari ekspirasi pernapasan, emanasi panas badan, bahan kimia dalam keringat dan permukaan badan. Selain itu, bisa juga berupa warna tertentu dan tekstur dari pakaian yang dikenakan, dan bahkan bau sabun, parfum, lation, sampo, dan bahan lainnya.

Dalam konteks ini, kelihatannya nyamuk-nyamuk betina tidak menggunakan indera penglihatan atau rabaan dalam aktivitasnya menemukan sumber darahnya. Nyamuk itu tetap terus aktif mencoba menemukan sumber darahnya sewaktu ada gas karbondioksida (CO2) yang semakin meningkat di udara sekitarnya. Mula-mula, arah terbang nyamuk bersifat acak. Ketika ada pancaran udara hangat dan lengus udara lembab dari suatu sumber darah manusia atau hewan ternak, nyamuk akan menunggu beberapa saat. Baru setelah itu, nyamuk memutuskan untuk terbang secara terarah, melacak sumber karbondioksida, udara hangat dan lembap yang menjadi atraktan nyamuk, yang sampai akhirnya ditemukan sasaran terbangnya.

Pakai ”Repelen

Untuk mengatasi tabiat seperti itu, kita biasanya menggunakan bahan repelen, yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat mengganggu kemampuan insekta untuk mengenal bahan atraktan asal hewan atau manusia. Dengan kata lain, bahan itu berkhasiat mencegah insekta yang menggigit itu untuk hinggap. Arti lainnya, repelen nyamuk bukanlah bahan yang menolak nyamuk karena bahan itu berbau atau terasa tidak enak bagi nyamuk. Tetapi, karena bahan itu menginduksi proses yang secara halus memblokir fungsi sensori pada nyamuk sasaran. Walau demikian, jika digunakan dengan benar, repelen nyamuk bermanfaat untuk memberikan perlindungan pada individu pemakainya dari gigitan nyamuk selama jangka waktu tertentu.

Selanjutnya, adalah menyiasati secara fisik. Dengan berbasis pengetahuan fisika yang diaplikasikan pada makhluk hidup, telah lama dikembangkan berbagai peralatan sebagai upaya menyiasati nyamuk untuk tidak kontak dengan manusia. Salah satunya adalah berupa alat electronicpest repellers, yaitu alat elektronik yang mengeluarkan suara ultrasonik yang berfrekuensi tinggi dan memiliki daya usir atau menolak kedatangan nyamuk atau bahkan serangga lainnya.

Adapun menyangkut cara biologis, tidak lain bertujuan untuk mencegah dan menghindari kejadian kontak antara nyamuk-manusia. Cara ini juga telah lama dipraktikkan orang, yaitu dengan cara memodifikasi kondisi lingkungan hidup di sekitarnya agar tidak kondusif untuk terjadinya kontak nyamuk-manusia.

Akhirnya, dalam menyiasati untuk tidak kontak dengan dan gigitan nyamuk sebelum digunakan berbagai usaha seperti di atas, berikut ini ada kiat yang dapat kita lakukan, yaitu: tetaplah Anda tinggal di dalam rumah selama waktu jam sibuk dari nyamuk. Biasanya nyamuk banyak aktif menggigit di luar rumah pada waktu magrib dan subuh. Bila terpaksa ke luar rumah, gunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Dan jagalah kebersihan sanitasi lingkungan di sekitar rumah, jangan biarkan ada genangan air yang mungkin menjadi tempat berkembangbiak nyamuk.***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
Basmi Lalat dengan Jeruk Manis
Lihat Detail

Basmi Lalat dengan Jeruk Manis

LALAT merupakan serangga dari ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya). Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi lalat rumah.
=====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

==========={

Umur lalat rumah antara 1–2 bulan dan ada yang 6 bulan sampai 1 tahun. Selama dalam siklus hidupnya lalat rumah mempunyai 4 stadium. Pertama, stadium telur. Stadium ini lamanya 12–24 jam. Bentuk telur lonjong bulat berwarna putih. Besar telur 1–2 mm. Telur dikeluarkan oleh betina sekaligus sebanyak 100–150 butir. Di tempat kotoran yang panas dan lembab merupakan faktor yang dapat mempengaruhi lamanya stadium ini. Makin panas makin cepat, makin dingin makin lambat.

Kedua, stadium larva. Stadium larva ini ada tiga tingkatan. (a) Setelah keluar dari telur belum banyak bergerak. (b) Tingkat dewasa, banyak bergerak. (c) Tingkat terakhir, tidak banyak bergerak. Kalau kita lihat lebih jauh, larva ini bentuknya bulat panjang dengan warna putih kekuning-kuningan dan keabu-abuan, mempunyai segmen sebanyak 13 dan panjangnya 18 mm. Larva ini selalu bergerak dan makan dari bahan–bahan organik yang terdapat di sekitarnya. Pada tingkat terakhir (c) larva berpindah dari tempat yang kering ke tempat yang sejuk. Untuk berubah menjadi kepompong lamanya stadium ini 2-8 hari atau 2-5 hari tergantung dari temperatur setempat. Larva ini mudah terbunuh dengan temperatur 73oC.

Ketiga, stadium pupa. Lamanya stadium ini 2-8 hari atau tergantung dari temperatur setempat. Bentuk bulat lonjong dengan warna cokelat hitam. Stadium ini kurang bergerak atau tidak bergerak sama sekali. Panjangnya lebih kurang 5 mm. Mempunyai selaput luar yang keras disebut posteroor spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.

Keempat, stadium dewasa. Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Dari stadium telur sampai stadium dewasa memakan waktu 7 hari atau lebih tergantung pada keadaan sekitar dan macamnya lalat. Biasanya 8-20 hari.

Pengendalian Lalat

Pada umumnya perkawinan lalat terjadi pada hari ke-2 sampai hari ke-12 sesudah keluar dari kepompong. Dua sampai tiga hari kemudian sesudah kawin baru bertelur yang jumlahnya sekali bertelur 100–150 butir dan setiap betina dapat bertelur 4–5 kali seumur hidupnya. Makanan yang utama adalah barang-barang cair. Ada zat gula, sementara itu bagi benda-benda yang keras dicairkan terlebih dahulu dengan air ludahnya supaya dapat dihisap. Pada waktu makan sering kali memuntahkan sebagian makanan. Dengan demikian, memungkinkan untuk penyebaran kuman-kuman penyakit.

Usaha pengendalian lalat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, usaha perbaikan lingkungan, terutama melalui pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Usaha ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sarang-sarang lalat. Kedua, usaha pengendalian secara biologis. Usaha ini dilakukan dengan jalan disterilisasi terhadap lalat jantan, dengan tujuan agar lalat tersebut bila mengadakan perkawinan akan dihasilkan telur steril. Cara ini hanya dapat dilakukan di laboratorium.

Ketiga, usaha pengendalian dengan menggunakan racun serangga. Racun serangga dapat dibedakan berdasarkan tempat masuknya. (a) Stomach poison (racun perut). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui mulut atau termakan. Biasanya insektisida ini digunakan untuk serangga yang mempunyai alat mulut menggigit, lekat isap dan bentuk penghisap.

(b) Contact poison (racun kontak). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel alat pernapasan atau melalui integumen ke dalam darah. Pada umumnya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap. (c) Fumigans (racun pernapasan). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh, biasanya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang tidak tergantung pada bentuk mulutnya.

Apa Itu Flavonoid?

Jeruk manis (Citrus aurantinum) berasal dari India timur laut, Cina selatan, Birma utara, dan Vietnam. Pada saat sekarang jeruk manis sudah banyak ditanam di daerah tropis maupun subtropis. Jeruk manis umumnya ditanam di daerah 20–40 LU, dan 20–40 LS, sedangkan di sekitar khatulistiwa dapat ditanam sampai ketinggian 2.000 m dari permukaan laut. Temperatur optimal pertumbuhannya antara 25–30oC.

Buah jeruk yang semakin tua, kandungan gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya makin berkurang. Buah jeruk manis yang langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak, demikan juga kandungan vitamin C-nya. Asam amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein. Selama perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara kuantitatif dan kualitatif.

Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda cukup banyak, tetapi setelah buah masak makin berkurang. Kandungan asam sitrat jeruk manis valencia yang telah masak akan berkurang sampai dua pertiga bagian. Cairan buah jeruk manis mengandung asam malat 1,4–1,8 mgm per liter.

Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun/ aleopati terdapat pada kulit jeruk manis, merupakan persenyawaan glucoside yang terdiri dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid yang tidak ada rasanya disebut hesperidin, sedangkan limonin menyebabkan rasa pahit.

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6–C3–C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi.

Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis.

Sebagai insektisida nabati, di sini flavonoid masuk ke dalam mulut serangga (lalat rumah) melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh dan menimbulkan kelayuan pada saraf, serta kerusakan pada spirakel akibatnya tidak bisa bernapas dan akhirnya mati.

Akhirnya, tidak berlebihan bila yang kita gunakan sebagai insektisida alami untuk menekan populasi lalat itu adalah kulit jeruk manis. Sebab, pada kulit jeruk manis apabila diolah dapat diperoleh persenyawaan hesperidin dan flavonoid. Tepatnya, dari kulit jeruk manis dapat diperoleh tiga jenis pigmen atau zat warna yaitu xanthophyll, violaxanthin, dan flavonoid. Nah, kandungan flavonoid inilah yang mempunyai sifat insektisida. Oleh karena itu, dari kulit jeruk manis ini apabila diolah secara tepat dapat digunakan sebagai racun serangga.***

Arda Dinata,
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
Kapur Tohor Datang, Lalat Berkurang
Lihat Detail

Kapur Tohor Datang, Lalat Berkurang

TAK bisa dipungkiri, lalat ternyata merupakan vektor yang banyak merugikan manusia. Lalat ini mempunyai peranan dalam mempengaruhi kesehatan manusia. Menurut Riana (1992), keberadaan lalat dapat menyebarkan mikroorganisme seperti bakteri, virus, protozoa, telur dan cyste cacing pada manusia, sehingga dapat menimbulkan infeksi penyakit seperti kolera, disentri, tifus, kecacingan, dan penyakit lain yang penyebarannya dapat diakibatkan oleh lalat.
====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

=========

Saat ini, diperkirakan tidak kurang telah ditemukan sekira 60.000 sampai 100.000 spesies lalat. Namun, dari jumlah tersebut ada beberapa spesies lalat yang mempengaruhi kesehatan manusia, di antaranya adalah lalat rumah (Musca domestica). Selain lalat rumah, ada lalat hijau (Lucilia sp.) yang juga dapat menularkan penyakit.

Perlu Tindakan

Melihat dari tidak kecilnya bahaya yang ditimbulkan oleh lalat, maka upaya pengendalian populasi kepadatan lalat di suatu daerah menjadi urgen untuk segera dilakukan langkah-langkah nyata dalam pengendaliannya. Tindakan pengendalian lalat dapat dilakukan, baik dengan cara fisik maupun kimiawi, misalnya dengan menggunakan insektisida.

Dalam catatan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengawasan Lingkungan Pemukiman/PPM dan PLP (1992), disebutkan bahwa sering kali upaya pengendalian lalat cenderung hanya untuk membunuh lalat saja, yang dalam waktu relatif singkat populasi lalat tersebut akan menurun. Akan tetapi, lalat-lalat yang masih tertinggal dan hidup, apabila menemukan tempat-tempat untuk berkembang biak, suatu saat akan mampu membentuk populasi baru sehingga upaya pengendalian akan sia-sia. Jadi, upaya pengendalian lalat seharusnya tidak hanya ditujukan pada populasi lalat yang dekat dengan manusia saja, tetapi juga harus pada sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat.

Langkah tersebut, tentu patut diperhitungkan dalam usaha pengendalian kepadatan lalat. Apalagi, mengingat kehidupan lalat itu (dalam berkembang biak) sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Menurut entomolog, Soemarto, tempat yang paling disenangi oleh lalat untuk berkembang biak adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk.

Pembubuhan Kapur Tohor

Berdasarkan parameter yang dikeluarkan Ditjen PPM dan PLP Depkes RI, tentang petunjuk pemberantasan lalat, apabila kepadatan lalat lebih dari 21 ekor, lokasi tersebut merupakan kategori populasi padat dan perlu upaya pengendalian dan perlu diadakan penanganan terhadap tempat-tempat yang menjadi sarang berkembang biaknya lalat.

Terkait dengan upaya pengendalian untuk menekan timbulnya populasi lalat yang tinggi, salah satu cara yang bisa kita lakukan yaitu dengan membubuhkan kapur tahor [Ca(OH)2] ke bagian atas tempat yang dijadikan lahan berkembang biaknya lalat, misalnya TPS yang menggunung di beberapa sudut Kota Bandung. Keefektifan dari penggunaan kapur tohor ini untuk menekan kepadatan populasi lalat yang hinggap di suatu tempat ini cukup singnifikan dan dapat dibuktikan di lapangan.

Apalagi, kita tahu keberadaan kapur tahor ini bersifat higroskopis, yaitu mempunyai kemampuan untuk menyerap air sehingga mengurangi kelembaban sampah. Selain itu, kapur tahor juga dapat menghilangkan dan menyerap bau, serta membunuh kuman. Terkait dengan masalah sampah, menurut Riana (1996), kapur tohor ini dapat menyusutkan sampah organik sampai 54,06 persen dari 1.540 gram sampah dengan 7,5 gram kapur tohor.

Sebagai contoh, pada tahun 2005 ketika penulis membimbing penelitian Rini Ariani, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, di TPA Purbahayu Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis, dengan mengambil sampel sampah organik. Satu sampel tanpa pembubuhan kapur tohor dan satu sampel lagi dengan dibubuhi kapur tohor dengan dosis 15 gr/0,07 meter persegi sampah organik, kemudian di atasnya dipasang alat perangkap lalat (flay trap) pada tumpukan tiap-tiap sampel tersebut.

Hasil eksperimen awal, ternyata setelah disimpan selama empat jam, pada sampel sampah yang tidak dibubuhkan kapur tohor didapat jumlah lalat rumah dan hijau yang hinggap hingga terperangkap pada flay trap adalah sebanyak 88 ekor. Sedangkan pada sampel sampah organik yang dibubuhi kapur tohor didapat jumlah lalat rumah dan lalat hijau yang hinggap hingga terperangkap pada flay trap yaitu sebanyak 24 ekor. Dari praeksperimen ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pada sampah yang dibubuhi kapur tohor itu.

Dari sini, penelitian dilanjutkan dengan mengambil berbagai dosis kapur tohor per 0,07 m2 sampah yang akan diteliti, yaitu: sebanyak 10 gr; 15 gr; 20 gr; dan 25 gr, serta sampel sampah yang tidak dibubuhkan kapur tohor. Hasil yang didapat ternyata, rata-rata lalat yang hinggap pada sampah organik tanpa pembubuhan kapur tohor adalah 51 ekor. Sedangkan rata-rata jumlah lalat yang hinggap pada sampah organik dengan pembubuhan berbagai dosis kapur tohor, yaitu dosis 10 gr didapat sebanyak 22 ekor lalat; dosis 15 gr didapat 8 ekor lalat; dosis 20 gr didapat 4 ekor lalat; dan dosis 25 gr didapat 1 ekor lalat.

Jadi, secara jelas ada perbedaan jumlah lalat yang hinggap pada sampah yang menggunakan pembubuhan kapur tohor dengan sampah organik yang tidak menggunakan kapur tohor. ***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
TAK bisa dipungkiri, lalat ternyata merupakan vektor yang banyak merugikan manusia. Lalat ini mempunyai peranan dalam mempengaruhi kesehatan manusia. Menurut Riana (1992), keberadaan lalat dapat menyebarkan mikroorganisme seperti bakteri, virus, protozoa, telur dan cyste cacing pada manusia, sehingga dapat menimbulkan infeksi penyakit seperti kolera, disentri, tifus, kecacingan, dan penyakit lain yang penyebarannya dapat diakibatkan oleh lalat.
====

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

=========

Saat ini, diperkirakan tidak kurang telah ditemukan sekira 60.000 sampai 100.000 spesies lalat. Namun, dari jumlah tersebut ada beberapa spesies lalat yang mempengaruhi kesehatan manusia, di antaranya adalah lalat rumah (Musca domestica). Selain lalat rumah, ada lalat hijau (Lucilia sp.) yang juga dapat menularkan penyakit.

Perlu Tindakan

Melihat dari tidak kecilnya bahaya yang ditimbulkan oleh lalat, maka upaya pengendalian populasi kepadatan lalat di suatu daerah menjadi urgen untuk segera dilakukan langkah-langkah nyata dalam pengendaliannya. Tindakan pengendalian lalat dapat dilakukan, baik dengan cara fisik maupun kimiawi, misalnya dengan menggunakan insektisida.

Dalam catatan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengawasan Lingkungan Pemukiman/PPM dan PLP (1992), disebutkan bahwa sering kali upaya pengendalian lalat cenderung hanya untuk membunuh lalat saja, yang dalam waktu relatif singkat populasi lalat tersebut akan menurun. Akan tetapi, lalat-lalat yang masih tertinggal dan hidup, apabila menemukan tempat-tempat untuk berkembang biak, suatu saat akan mampu membentuk populasi baru sehingga upaya pengendalian akan sia-sia. Jadi, upaya pengendalian lalat seharusnya tidak hanya ditujukan pada populasi lalat yang dekat dengan manusia saja, tetapi juga harus pada sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat.

Langkah tersebut, tentu patut diperhitungkan dalam usaha pengendalian kepadatan lalat. Apalagi, mengingat kehidupan lalat itu (dalam berkembang biak) sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Menurut entomolog, Soemarto, tempat yang paling disenangi oleh lalat untuk berkembang biak adalah tempat basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh-tumbuhan busuk.

Pembubuhan Kapur Tohor

Berdasarkan parameter yang dikeluarkan Ditjen PPM dan PLP Depkes RI, tentang petunjuk pemberantasan lalat, apabila kepadatan lalat lebih dari 21 ekor, lokasi tersebut merupakan kategori populasi padat dan perlu upaya pengendalian dan perlu diadakan penanganan terhadap tempat-tempat yang menjadi sarang berkembang biaknya lalat.

Terkait dengan upaya pengendalian untuk menekan timbulnya populasi lalat yang tinggi, salah satu cara yang bisa kita lakukan yaitu dengan membubuhkan kapur tahor [Ca(OH)2] ke bagian atas tempat yang dijadikan lahan berkembang biaknya lalat, misalnya TPS yang menggunung di beberapa sudut Kota Bandung. Keefektifan dari penggunaan kapur tohor ini untuk menekan kepadatan populasi lalat yang hinggap di suatu tempat ini cukup singnifikan dan dapat dibuktikan di lapangan.

Apalagi, kita tahu keberadaan kapur tahor ini bersifat higroskopis, yaitu mempunyai kemampuan untuk menyerap air sehingga mengurangi kelembaban sampah. Selain itu, kapur tahor juga dapat menghilangkan dan menyerap bau, serta membunuh kuman. Terkait dengan masalah sampah, menurut Riana (1996), kapur tohor ini dapat menyusutkan sampah organik sampai 54,06 persen dari 1.540 gram sampah dengan 7,5 gram kapur tohor.

Sebagai contoh, pada tahun 2005 ketika penulis membimbing penelitian Rini Ariani, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, di TPA Purbahayu Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis, dengan mengambil sampel sampah organik. Satu sampel tanpa pembubuhan kapur tohor dan satu sampel lagi dengan dibubuhi kapur tohor dengan dosis 15 gr/0,07 meter persegi sampah organik, kemudian di atasnya dipasang alat perangkap lalat (flay trap) pada tumpukan tiap-tiap sampel tersebut.

Hasil eksperimen awal, ternyata setelah disimpan selama empat jam, pada sampel sampah yang tidak dibubuhkan kapur tohor didapat jumlah lalat rumah dan hijau yang hinggap hingga terperangkap pada flay trap adalah sebanyak 88 ekor. Sedangkan pada sampel sampah organik yang dibubuhi kapur tohor didapat jumlah lalat rumah dan lalat hijau yang hinggap hingga terperangkap pada flay trap yaitu sebanyak 24 ekor. Dari praeksperimen ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pada sampah yang dibubuhi kapur tohor itu.

Dari sini, penelitian dilanjutkan dengan mengambil berbagai dosis kapur tohor per 0,07 m2 sampah yang akan diteliti, yaitu: sebanyak 10 gr; 15 gr; 20 gr; dan 25 gr, serta sampel sampah yang tidak dibubuhkan kapur tohor. Hasil yang didapat ternyata, rata-rata lalat yang hinggap pada sampah organik tanpa pembubuhan kapur tohor adalah 51 ekor. Sedangkan rata-rata jumlah lalat yang hinggap pada sampah organik dengan pembubuhan berbagai dosis kapur tohor, yaitu dosis 10 gr didapat sebanyak 22 ekor lalat; dosis 15 gr didapat 8 ekor lalat; dosis 20 gr didapat 4 ekor lalat; dan dosis 25 gr didapat 1 ekor lalat.

Jadi, secara jelas ada perbedaan jumlah lalat yang hinggap pada sampah yang menggunakan pembubuhan kapur tohor dengan sampah organik yang tidak menggunakan kapur tohor. ***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
Sampah Terbengkalai, Lalat Siap Suplai Penyakit
Lihat Detail

Sampah Terbengkalai, Lalat Siap Suplai Penyakit

SAAT ini, selain terancam berbagai penyakit infeksi seperti tifus dan diare, warga Kota Bandung khususnya yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sementara (TPS), mengeluhkan serbuan lalat hijau dalam beberapa hari terakhir akibat menggunungnya sampah di TPS. Lalat hijau tidak hanya hinggap di gunungan sampah, namun menyebar ke permukiman warga (Pikiran Rakyat, 5/1/06).
======

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

===========

Fenomena munculnya lalat yang berkeliaran di TPS dan menyerbu permukiman penduduk di sekitarnya, tentu sangat mengganggu kenyamanan dan bisa menyebarkan berbagai penyakit. Sehingga secara langsung kondisi ini akan menyebabkan terjadinya ancaman penyakit kepada penduduk semakin besar. 

Jadi, bila pengelolaan sampah dalam beberapa hari masih terbengkalai, maka siap-siap ribuan lalat ”menyuplai” beberapa bibit penyakit terhadap penduduk sekitar TPS sampah yang ada di beberapa sudut Kota Bandung. Lalu, bagaimana caranya agar lalat itu bisa kita kendalikan, di tengah susahnya pemerintah Kota Bandung mencari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang dihasilkan oleh masyarakatnya?

Mengenal Lalat

Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak dengan mempergunakan sayap (terbang). Hanya sesekali bergerak dengan kakinya. Oleh karena itu, daerah jelajahnya cukup luas. Lalat merupakan salah satu ordo Diptera yaitu serangga yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Pada saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000– 100.000 spesies lalat. Namun, tidak semua spesies ini perlu diawasi, karena beberapa di antaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan.

Salah satu spesies lalat yang perlu diawasi adalah lalat rumah (Musca domestica). Umur lalat rumah antara 1–2 bulan dan ada yang 6 bulan sampai 1 tahun. Lalat rumah dapat menularkan berbagai penyakit di antaranya kolera, diare, disentri, tifus, dan virus penyakit saluran pencernaan. Sampah basah hasil buangan rumah tangga merupakan tempat yang disukai lalat rumah untuk mencari makanan dan sebagai tempat berkembang biak.

Ada ciri–ciri yang penting dari lalat rumah. Pada thorax terdapat empat garis hitam dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal. Sayapnya mempunyai longitudinal line 4 yang jalannya menaik ke atas sehingga ujungnya hampir bertemu dengan long 3. Bagian–bagian dari mulut tidak dapat dipakai untuk menggigit atau menusuk tetapi hanya dapat dipakai menghisap barang-barang cair saja. Serangga ini memiliki metamorfosis sempurna. Yang jelas, lalat ini berperan sebagai vektor dari penyakit tidak langsung.

Jadi, kehadiran lalat cukup merepotkan dalam kehidupan manusia, baik dalam segi etis maupun kesehatan manusia. Makin tinggi keinginan manusia baik dalam kenyaman hidup serta kesadaran akan mutu kesehatan, manusia makin tanggap dalam penanganan kehadiran insekta ini. Apalagi lalat ini merupakan serangga yang cukup tua di alam. Kehadirannya merupakan hasil dari proses evolusi yang panjang. Oleh karena itu, insekta ini memiliki sifat yang spesifik dan sangat adaptif tinggal bersama manusia.

Habitat Lalat

Lalat umumnya hidup terestrial, meskipun habitat pradewasa berbeda dengan tahap dewasa. Tahap pradewasa memilih habitat yang cukup banyak bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi, misalnya sampah organik dan basah.

Tahap dewasa juga menyukai sampah organik, hanya daerah jelajahnya yang luas. Sehingga dapat memasuki rumah atau di mana manusia beraktifitas. Kedua perbedaan habitat ini menyebabkan kehidupan tahap pradewasa tidak bersaing dengan kehidupan tahap dewasa. Karena tanpa persaingan, maka lalat dapat berkembang dengan optimal.

Tahap pradewasa lalat lebih banyak mengganggu dibandingkan nyamuk. Manusia lebih menghindari larva lalat daripada nyamuk, meskipun keduanya tidak dikehendaki oleh manusia. Dari sudut pandang positif, larva lalat sebenarnya diperlukan oleh alam, karena bersifat sebagai dekomposer.

Suhu lingkungan, kelembaban udara dan curah hujan adalah komponen cuaca yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makhluk hidup di alam. Siklus hidup serangga dan khususnya lalat sangat dipengaruhi oleh cuaca. Meskipun lalat lebih banyak hidup di daerah permukiman, tahap hidup pradewasa lebih banyak hidup bebas di alam. Larva lalat amat rentan terhadap kelembaban udara, suhu udara yang menyimpang, dan curah hujan yang berlebihan.

Dengan demikian, kita harus cermat menghadapi dampak cuaca/musim terhadap perkembangan lalat. Pengendalian tanpa meneliti pengaruh musim akan membawa dampak negatif terhadap pengendalian, paling tidak mengurangi efisiensi pengendalian.

Pengendalian Lalat

Untuk kasus Kota Bandung, tentu pengendalian lalat ini harus memperhatikan hal-hal lain yang saling terkait. Artinya, bila kita akan melakukan pengendalian, kita harus menganalisa terlebih dulu sumber serangga tersebut, bagaimana populasi serangga tersebut meningkat, bagaimana derajat gangguannya pada individu dan komunitas, peran serangga terhadap penularan penyakit bakterial dan viral. Dalam dinamika populasi, keberadaan dan besarnya populasi ditentukan oleh faktor fisik berupa cuaca/ iklim, habitat dan ekosistem, keberadaan inang, dan faktor biotik (pakan dan musuh alami).

Dengan demikian, dalam pengendalian, sebelum menentukan metoda mana yang kita anut, perlu pertimbangan matang dalam analisa gangguan. Sebagai contoh, kita akan membuang waktu, tenaga dan dana dalam pengendalian serangga pengganggu, bila asal/tempat perindukan tidak kita ketahui. Kecuali dalam suatu komunitas yang masalahnya sudah sangat berkaitan dan parah, tindakan yang mudah dan praktis harus kita lakukan untuk menyelamatkan lingkungan yang terbatas dahulu.

Beberapa metoda yang dapat dirujuk. Pertama, metoda nonkimiawi. Metoda ini dikenal sebagai metoda yang ramah lingkungan, dan bilamana analisanya benar, akan lebih mengenai sasaran dan mempunyai berbagai dampak positif, misalnya populasi serangga menurun serta peningkatan mutu lingkungan. Salah satu langkahnya yaitu dengan cara:
(1) pemulihan lingkungan berupa meningkatkan mutu sanitasi, yaitu dengan cara mengatasi kelemahan dalam pembuangan sampah, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan akan lingkungan yang bersih. Penataan hunian yang sehat.

(2) Penggunaan bahan fisik: penggunaan bahan fisik dipergunakan untuk mencegah kontak dengan lalat. Misalnya dengan cara mengatur tata letak dan rancang bangun rumah tinggal agar tidak mudah lalat masuk ke dalam. Penggunaan air curtain. Alat ini sering harus dipasang di tempat umum, misalnya pertokoan, rumah makan, pada pintu masuk. Alat ini mengembus udara yang cukup keras sehingga lalat enggan masuk ke dalam bangunan.

Kedua, menggunakan bahan kimiawi. Yakni dengan cara menghilangkan tempat perindukan, seperti penggunaan insektisida pada tempat perindukan berupa serbuk tabur untuk tempat perindukan lalat, atau pakan unggas yang telah diperkaya dengan insektisida. Dengan harapan tinja masih mengandung insektisida untuk membunuh larva.

Akhirnya, semoga pemerintah Kota Bandung dapat bertindak secara tepat dan bijaksana dalam pengendalian lalat akibat banyaknya timbulan sampah yang tidak terangkut di TPS yang ada di beberapa sudut kotanya, sehingga lalat itu tidak dapat menyebarkan beberapa penyakit.***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
SAAT ini, selain terancam berbagai penyakit infeksi seperti tifus dan diare, warga Kota Bandung khususnya yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sementara (TPS), mengeluhkan serbuan lalat hijau dalam beberapa hari terakhir akibat menggunungnya sampah di TPS. Lalat hijau tidak hanya hinggap di gunungan sampah, namun menyebar ke permukiman warga (Pikiran Rakyat, 5/1/06).
======

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

===========

Fenomena munculnya lalat yang berkeliaran di TPS dan menyerbu permukiman penduduk di sekitarnya, tentu sangat mengganggu kenyamanan dan bisa menyebarkan berbagai penyakit. Sehingga secara langsung kondisi ini akan menyebabkan terjadinya ancaman penyakit kepada penduduk semakin besar. 

Jadi, bila pengelolaan sampah dalam beberapa hari masih terbengkalai, maka siap-siap ribuan lalat ”menyuplai” beberapa bibit penyakit terhadap penduduk sekitar TPS sampah yang ada di beberapa sudut Kota Bandung. Lalu, bagaimana caranya agar lalat itu bisa kita kendalikan, di tengah susahnya pemerintah Kota Bandung mencari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang dihasilkan oleh masyarakatnya?

Mengenal Lalat

Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak dengan mempergunakan sayap (terbang). Hanya sesekali bergerak dengan kakinya. Oleh karena itu, daerah jelajahnya cukup luas. Lalat merupakan salah satu ordo Diptera yaitu serangga yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Pada saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000– 100.000 spesies lalat. Namun, tidak semua spesies ini perlu diawasi, karena beberapa di antaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi kesehatan.

Salah satu spesies lalat yang perlu diawasi adalah lalat rumah (Musca domestica). Umur lalat rumah antara 1–2 bulan dan ada yang 6 bulan sampai 1 tahun. Lalat rumah dapat menularkan berbagai penyakit di antaranya kolera, diare, disentri, tifus, dan virus penyakit saluran pencernaan. Sampah basah hasil buangan rumah tangga merupakan tempat yang disukai lalat rumah untuk mencari makanan dan sebagai tempat berkembang biak.

Ada ciri–ciri yang penting dari lalat rumah. Pada thorax terdapat empat garis hitam dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal. Sayapnya mempunyai longitudinal line 4 yang jalannya menaik ke atas sehingga ujungnya hampir bertemu dengan long 3. Bagian–bagian dari mulut tidak dapat dipakai untuk menggigit atau menusuk tetapi hanya dapat dipakai menghisap barang-barang cair saja. Serangga ini memiliki metamorfosis sempurna. Yang jelas, lalat ini berperan sebagai vektor dari penyakit tidak langsung.

Jadi, kehadiran lalat cukup merepotkan dalam kehidupan manusia, baik dalam segi etis maupun kesehatan manusia. Makin tinggi keinginan manusia baik dalam kenyaman hidup serta kesadaran akan mutu kesehatan, manusia makin tanggap dalam penanganan kehadiran insekta ini. Apalagi lalat ini merupakan serangga yang cukup tua di alam. Kehadirannya merupakan hasil dari proses evolusi yang panjang. Oleh karena itu, insekta ini memiliki sifat yang spesifik dan sangat adaptif tinggal bersama manusia.

Habitat Lalat

Lalat umumnya hidup terestrial, meskipun habitat pradewasa berbeda dengan tahap dewasa. Tahap pradewasa memilih habitat yang cukup banyak bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi, misalnya sampah organik dan basah.

Tahap dewasa juga menyukai sampah organik, hanya daerah jelajahnya yang luas. Sehingga dapat memasuki rumah atau di mana manusia beraktifitas. Kedua perbedaan habitat ini menyebabkan kehidupan tahap pradewasa tidak bersaing dengan kehidupan tahap dewasa. Karena tanpa persaingan, maka lalat dapat berkembang dengan optimal.

Tahap pradewasa lalat lebih banyak mengganggu dibandingkan nyamuk. Manusia lebih menghindari larva lalat daripada nyamuk, meskipun keduanya tidak dikehendaki oleh manusia. Dari sudut pandang positif, larva lalat sebenarnya diperlukan oleh alam, karena bersifat sebagai dekomposer.

Suhu lingkungan, kelembaban udara dan curah hujan adalah komponen cuaca yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makhluk hidup di alam. Siklus hidup serangga dan khususnya lalat sangat dipengaruhi oleh cuaca. Meskipun lalat lebih banyak hidup di daerah permukiman, tahap hidup pradewasa lebih banyak hidup bebas di alam. Larva lalat amat rentan terhadap kelembaban udara, suhu udara yang menyimpang, dan curah hujan yang berlebihan.

Dengan demikian, kita harus cermat menghadapi dampak cuaca/musim terhadap perkembangan lalat. Pengendalian tanpa meneliti pengaruh musim akan membawa dampak negatif terhadap pengendalian, paling tidak mengurangi efisiensi pengendalian.

Pengendalian Lalat

Untuk kasus Kota Bandung, tentu pengendalian lalat ini harus memperhatikan hal-hal lain yang saling terkait. Artinya, bila kita akan melakukan pengendalian, kita harus menganalisa terlebih dulu sumber serangga tersebut, bagaimana populasi serangga tersebut meningkat, bagaimana derajat gangguannya pada individu dan komunitas, peran serangga terhadap penularan penyakit bakterial dan viral. Dalam dinamika populasi, keberadaan dan besarnya populasi ditentukan oleh faktor fisik berupa cuaca/ iklim, habitat dan ekosistem, keberadaan inang, dan faktor biotik (pakan dan musuh alami).

Dengan demikian, dalam pengendalian, sebelum menentukan metoda mana yang kita anut, perlu pertimbangan matang dalam analisa gangguan. Sebagai contoh, kita akan membuang waktu, tenaga dan dana dalam pengendalian serangga pengganggu, bila asal/tempat perindukan tidak kita ketahui. Kecuali dalam suatu komunitas yang masalahnya sudah sangat berkaitan dan parah, tindakan yang mudah dan praktis harus kita lakukan untuk menyelamatkan lingkungan yang terbatas dahulu.

Beberapa metoda yang dapat dirujuk. Pertama, metoda nonkimiawi. Metoda ini dikenal sebagai metoda yang ramah lingkungan, dan bilamana analisanya benar, akan lebih mengenai sasaran dan mempunyai berbagai dampak positif, misalnya populasi serangga menurun serta peningkatan mutu lingkungan. Salah satu langkahnya yaitu dengan cara:
(1) pemulihan lingkungan berupa meningkatkan mutu sanitasi, yaitu dengan cara mengatasi kelemahan dalam pembuangan sampah, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan akan lingkungan yang bersih. Penataan hunian yang sehat.

(2) Penggunaan bahan fisik: penggunaan bahan fisik dipergunakan untuk mencegah kontak dengan lalat. Misalnya dengan cara mengatur tata letak dan rancang bangun rumah tinggal agar tidak mudah lalat masuk ke dalam. Penggunaan air curtain. Alat ini sering harus dipasang di tempat umum, misalnya pertokoan, rumah makan, pada pintu masuk. Alat ini mengembus udara yang cukup keras sehingga lalat enggan masuk ke dalam bangunan.

Kedua, menggunakan bahan kimiawi. Yakni dengan cara menghilangkan tempat perindukan, seperti penggunaan insektisida pada tempat perindukan berupa serbuk tabur untuk tempat perindukan lalat, atau pakan unggas yang telah diperkaya dengan insektisida. Dengan harapan tinja masih mengandung insektisida untuk membunuh larva.

Akhirnya, semoga pemerintah Kota Bandung dapat bertindak secara tepat dan bijaksana dalam pengendalian lalat akibat banyaknya timbulan sampah yang tidak terangkut di TPS yang ada di beberapa sudut kotanya, sehingga lalat itu tidak dapat menyebarkan beberapa penyakit.***

Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, 
Agar Nyamuk Tak Sempat Menggigit
Lihat Detail

Agar Nyamuk Tak Sempat Menggigit

==={{{===

Yuk.., update informasi seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan di website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com

Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair:
Suatu program pengelolaan sampah belum bisa dikatakan berhasil keseluruhannya dengan baik, tanpa menyelesaikan hingga tahap disposalnya (pembungan akhir) dengan baik.
https://insanitarian.com/2019/08/04/perlunya-membangun-tpsa-yang-sanitair/

Menjaga Perut:
Barangsiapa makan secara berlebihan akan menyebabkan banyak tidurnya. Dan barangsiapa banyak tidur, maka banyak pula kebaikan dan kebajikan yang terlewatkan olehnya.
https://insanitarian.com/2019/08/17/menjaga-perut/

Ekologi Manusia:
Pesan saya jangan lupakan keberadaan ilmu ekologi manusia ini.
https://insanitarian.com/2019/08/25/ekologi-manusia/

Agroperhutanan Menjanjikan Kerimbunan Vegetasi:
Kalau kita berpikir bijaksana, keberadaan sistem agroperhutanan tradisional itu dapat beradaptasi terhadap perubahan biofisik dan sosial-ekonomi masyarakat.
https://insanitarian.com/2022/01/01/agroperhutanan-menjanjikan-kerimbunan-vegetasi/

Aspek Teknis Dalam Penyehatan Rumah:
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
https://insanitarian.com/2022/01/02/aspek-teknis-dalam-penyehatan-rumah/

Bagaimana Mendaur Ulang Sampah?
Sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang.
https://insanitarian.com/2022/01/03/bagaimana-mendaur-ulang-sampah/

Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah:
Para pengelola RS sudah selayaknya menerapkan program minimisasi limbah untuk mengamankan RS dari terjadinya pencemaran dan penularan aneka kuman penyakit dari limbah yang dihasilkannya.
https://insanitarian.com/2022/01/20/minimisasi-limbah-bikin-rumah-sakit-cerah/

Manusia dan Lingkungan, Kunci Atasi Masalah Kesehatan Lingkungan:
Manusia dan lingkungan. Inilah dua kata yang saling berhubungan. Dari aktivitas keduanya, permasalahan kesehatan lingkungan muncul silih berganti dalam hidup masyarakat Indonesia. Begitu pun sebaliknya, kalau kita analisis dari aktivitas manusia dan lingkungan itu merupakan dua hal yang sangat menentukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
https://insanitarian.com/2022/01/21/manusia-dan-lingkungan-kunci-atasi-masalah-kesehatan-lingkungan/

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan:
Perlu pengembangan sistem pemantauan komunikasi untuk mendeteksi kebutuhan informasi/berita maupun informasi tentang rumor atau hoaks; merencanakan manajemen rumor, termasuk media sosial; serta mengembangkan kapasitas dan sumber daya untuk melawan hoaks.
https://insanitarian.com/2022/01/22/vaksin-komunikasi-dan-risiko-kesehatan/

Elemen Fungsional Sistem Pengelolaan Sampah:
Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari keberadaan sampah menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
https://insanitarian.com/2022/01/23/elemen-fungsional-sistem-pengelolaan-sampah/

Manajemen Pengendalian Pencemaran Udara Ruangan:
Tercetusnya kondisi pencemaran udara di ruangan seperti di atas, jelas-jelas akan berpengaruh bagi kesehatan manusia yang ada di ruangan tersebut. Pengaruh tersebut terutama berupa penularan penyakit bersifat airborne diseases (penyakit yang ditularkan melalui udara). Pencemaran udara ini akan berpengaruh terhadap angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) dari berbagai jenis penyakit.
https://insanitarian.com/2022/01/24/manajemen-pengendalian-pencemaran-udara-ruangan/

Untuk Update artikel terbaru langsung kunjungi website SANITASI INDONESIA di link ini 👉 www.insanitarian.com
Salam
Arda Dinata

==========

DEMAM BERDARAH DENGUE
Agar Nyamuk Tak Sempat Menggigit
Kompas: Senin, 5 Januari 2009 | 00:45 WIB

Memasuki musim hujan, serangan penyakit demam berdarah dengue patut diwaspadai. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk itu telah menelan banyak korban. Namun, segala upaya untuk memutus mata rantai penularan penyakit itu masih kurang efektif.

Di tengah ketidakberdayaan melawan demam berdarah dengue di berbagai negara tropis di dunia, sekelompok peneliti Australia didanai miliarder Bill Gates mengklaim telah menghasilkan riset yang dapat membantu memerangi DBD dengan cara menghentikan jalur penularan penyakit itu. Mereka berhasil menginfeksi nyamuk penyebar penyakit tropis itu dengan bakteri Wolbachia sehingga kemampuannya menularkan dengue ke manusia berkurang.

Caranya, dengan menginfeksi nyamuk pembawa penyakit itu dengan parasit yang memperpendek masa hidup nyamuk itu. Dalam paparan hasil penelitian pada jurnal Science dijelaskan, bakteri Wolbachia menyebar dengan baik melalui uji laboratorium pada nyamuk-nyamuk yang berkembang biak.

Dengue hanya dibawa nyamuk dewasa sehingga membunuh mereka bisa memutus mata rantai penularan DBD. Mereka telah menginfeksi 10.000 embrio nyamuk dengan bakteri itu. Tes itu untuk melihat sejauh mana bakteri itu bisa mengurangi masa hidup serangga tanpa membunuhnya atau mencegah perkembangbiakan mereka.

Para peneliti dari Universitas Queensland di Brisbane, Australia, mengambil strain yang dikenal dengan nama Wolbachia untuk memperpendek masa hidup nyamuk vektor DBD. Nyamuk yang membawa virus dengue tak secara alami rentan terhadap bakteri sehingga peneliti membuat nyamuk beradaptasi agar infeksi itu berhasil.

Bakteri itu dapat menyebar dari nyamuk betina yang terinfeksi kepada keturunannya. Hal ini bisa memperpendek masa hidup nyamuk itu dan embrionya.

Penentuan apakah hal itu dapat menghilangkan nyamuk pembawa virus merupakan tantangan tersendiri. Virus itu menyerang manusia saat nyamuk membawa virus tersebut dalam darah. Selama ini pemberantasan nyamuk dilakukan dengan insektisida, tetapi hal ini bisa menimbulkan resistensi nyamuk terhadap paparan bahan kimia.

Potensi Wolbachia sebagai satu jalan pengendalian populasi nyamuk cukup menjanjikan. Studi terakhir menawarkan harapan—meskipun di bawah kondisi laboratorium—bahwa hal itu kemungkinan berjalan efektif. "Kuncinya adalah hanya nyamuk berusia sangat tua yang dapat menularkan penyakit itu," kata Prof Scott O'Neill, peneliti.

Ini berarti hanya nyamuk dewasa yang berbahaya bagi manusia dan dengan membunuh nyamuk-nyamuk itu akan mengurangi kemampuan mereka menginfeksi. Upaya ini dinilai jalan murah untuk mengatasi masalah itu, khususnya di daerah urban, saat metode lain pengendalian penyakit itu sulit dilakukan. (BBC/AFP/EVY)

Postingan Populer

 

Klik Menu Profesi Sanitarian:
  

  

  

  

 

WWW.ARDADINATA.COM